SKRIPSI PESAN MORAL DALAM FILM YOWIS BEN (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE)
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi memudahkan
masyarakat dalam mengakses informasi dengan cepat. Perkembangan teknologi
komunikasi yang sangat pesat saat ini, bermanfaat sebagai sarana untuk
menghubungkan masyarakat dari berbagai daerah. Komunikasi merupakan hal yang
mendasar, komunikasi bersifat omnipresen
(hadir dimana-mana) kapan saja dengan siapa saja dan dimana saja, dan hanya
akan terjadi jika seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain melalui
media dengan tujuan tertentu (Rustan & Hakki, 2017:02). Salah satu bentuk
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah komunikasi massa.
1
|
Film
merupakan salah satu bentuk media massa yang saat ini banyak diproduksi karena
jumlah penonton film yang cukup tinggi. Film memiliki dampak atau pengaruh yang
cukup besar bagi penontonnya. Film
adalah gambar hidup, hasil dari kumpulan seluloid, yang diputar dengan
menggunakan proyektor dan ditembakan ke sebuah layar, yang dipertunjukan di
sebuah gedung bioskop (Romli 2017:97). Banyak media massa yang mempunyai fungsi
sama dengan film seperti menghibur, mendidik dan lain-lain. Namun film
merupakan media yang lebih banyak mempunyai efek bagi penonton dan pesan yang
disampaikan lebih mengena dari pada media-media lain.
Perkembangan
film di Indonesia semakin diterima oleh masyarakat, baik itu secara positif
maupun negatif. Kepercayaan para penonton terhadap film Indonesia perlahan
tumbuh kembali. Pasalnya fenomena seperti ini bukan hal baru. Ambil contoh
tahun 2008. Saat itu 81 judul film sanggup mendatangkan 34,4 juta penonton.
Namun hingga tujuh tahun setelahnya, rekor itu tak bisa didekati meski jumlah
film bertambah kecuali 2010 ( 75 judul dan 2011 (80) ). Banyaknya film yang dibuat di Indonesia
terdapat beberapa film yang memberikan pesan moral yang bagus di dalamnya.
Moral
berasal dari bahasa latin mos (jamak:mores) yang berarti juga: kebiasaan,
adat. Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia
(pertama kali dimuat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1998), kata mores
masih dipakai dalam arti yang sama. Jadi etimologi kata ‘etika’ sama dengan
etimologi kata ‘moral’ karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat
kebiasaan. Hanya bahasa asalnya berbeda: yang pertama berasal dari bahasa
Yunani, sedangkan yang kedua berasal dari bahasa Latin. Moral dalam Kamus
Bahasa Indonesia memiliki arti baik/buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerja dan susila; atau kondisi
mental yang membuat seseorang berani, bersemangat, berdisiplin; dan ajaran
tentang kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Pesan
moral sendiri memuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara
sekelompok manusia. Nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma
adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia (Purwanto, 2007:45). Film sebagai media yang mampu mempengaruhi dan
membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan di dalamnya, memiliki kekuatan untuk
dapat menjangkau banyak segmen sosial, membuat para pakar film memiliki potensi
untuk mempengaruhi khalayaknya. Banyak orang yang mudah menangkap pesan dari
sebuah film, namun banyak pula yang kesulitan dalam hal ini. Apalagi orang yang
menonton hanya dengan maksud untuk hiburan belaka seperti film yang bergenre
komedi.
Film
bergenre komedi di Indonesia sangatlah banyak. Seperti “Warkop DKI Gengsi Dong”
tahun 1980 yang disutradarai oleh Nawi Ismail, “Punk in Love” tahun 2009 yang
di sutradarai oleh Ody C. Harahap, “Generasi Kocak: 90an vs Komika” tahun 2017
yang di sutradarai oleh Wishnu Kuncoro
dan lain-lain. Kebanyakan film bergenre komedi di Indonesia kurang
memperhatikan pesan moral dalam sebuah film, dan hampir seluruh film
bergenre komedi yang tayang di bioskop Indonesia menggunakan bahasa Indonesia.
Namun di awal tahun 2018 ini perfilman Indonesia dihebohkan dengan munculnya
sebuah film bergenre komedi dengan bahasa menggunakan bahasa daerah yang
berjudul “Yowis Ben” yang diliris pada 22 Februari 2018 di sutradarai oleh
Fajar Nugros dan co-director Bayu
Skak meramaikan pasar drama komedi di layar lebar Indonesia.
Melalui
film “Yowis Ben” sutradara mencoba membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari
film genre komedi pada film-film komedi sebelumnya. Film Yowis Ben memberikan
hiburan kepada penonton dengan gaya komedi yang sederhana dengan umpatan-umpatan
khas menggunakan bahasa kota Malang, walaupun sederhana namun dapat menghibur
penonton. Kebudayaan Malang yang ditunjukan dari perilaku aktor dalam film ini
juga memberikan daya tarik untuk ditonton. Co
Produser film Yowis Ben, Bayu Skak menyatakan dalam akun youtubenya, bahwa bukan hanya kebudayaan
namun film Yowis Ben menyajikan banyak
pesan yang dapat diambil untuk penonton seperti pendidikan, pencarian
jati diri, humor dan semangat. Ditambah dengan banyaknya makna-makna yang
tersembunyi, adegan-adegan yang memiliki simbol yang dapat dianalisis secara
semiotik.
Dalam
waktu dua minggu semenjak dirilis pada tanggal 28 Februari 2018 di bioskop,
film Yowis Ben mendapatkan 400.000 penonton. Bayu Skak menargetkan jumlah
penonton mencapai 500.000 penonton, namun kenyataanya Film Yowis Ben dalam
waktu dua bulan semenjak dirilis mampu menarik penonton kurang lebih sampai
900.000 penonton (dalam situs tabloidbintang.com). Film Yowis Ben mendapatkan
Rating 9.7/10 di situs IMDB yang mampu mengalahkan rating film Dilan. Bahkan
Presiden Joko Widodo menyempatkan diri untuk menonton film “Yowis Ben” di sela
kunjungan kerjanya di kota Malang. Presiden Joko Widodo juga memberikan
apresiasi terhadap film tersebut, beliau mengatakan bahwa film ini cocok untuk
ditonton oleh setiap generasi muda.
Sebuah
komedi yang disajikan dengan teknik sinematografi dan color grading yang bagus. Dari uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian film tersebut menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce. Pierce dipilih karena teori Pierce merupakan
grand teori dalam ilmu semiotika yang sering digunakan dalam penelitian selain
Ferdinand De Saussure.
Pierce
adalah filsuf aliran pragmatik Amerika, yang menciptakan istilah semiotika atau semiotik, yang merujuk pada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Mempunyai
tendensi terhadap “tanda” yang dapat dipahami dengan gambaran sebuah segitiga
yang terdiri dari representamen, objek dan interpretant (Sobur, 2016:13). Tanda
adalah sesuatu yang berbentuk fisik, dimana tanda tersebut dapat dipahami atau
ditangkap oleh pancaindra manusia, tanda juga tersebut juga merupakan sesuatu
yang merujuk kepada sesuatu yang lain di luar tanda itu sendiri. Acuan dari
tanda disebut dengan objek. Objek merupakan konteks sosial yang dijadikan sebagian
dari tanda atau yang dirujuk sebagai tanda. Interpretant merupakan konsep
pemikiran orang yang menggunakan sebuah tanda dan menjadikannya suatu makna
tertentu dalam pikiran seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda
(Iskandar & Lestari, 2016:04-05).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pesan moral dalam film Yowis Ben?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan moral yang terkandung
dalam film Yowis Ben.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
penelitian dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat
Teoritis
a.
Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan dan pengembangan
ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu komunikasi massa melalui media
film.
b.
Memberikan
pemahaman kepada penonton bahwa film bisa dijadikan sebagai salah satu media
yang memuat pesan kebudayaan.
2. Manfaat
Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran dalm membaca makna-makna yang terdapat dalam film “Yowis Ben” melalui semiotika.
|
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian
Terdahulu
Elita
Sartika, (2014) Analisis Isi Kualitatif pesan moral dalam film berjudul “Kita
Versus Korupsi”. Peneliti menggunakan analisis isi kualitatif dan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan keseluruhan scene yang berkaitan dengan
bentuk-bentuk penyampaian pesan moral dalam
film. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi berupa VCD (Video
Copmect Disk) dan teknik analisis data menggunakan analisis isi
kualitatif. Hasil dari penelitian
tersebut berupa pesan yang tampak (manifest)
dan pesan yang tersembunyi (latent message) yang meliputi moral dalam
hubungan manusia dengan Tuhan, moral dalam hubungan manusia dengan alam, moral
dalam hubungan manusia dengan manusia lain dan moral dalam hubungan manusia
dengan diri sendiri.
8
|
Tunggul
(2015) Analisis Semiotika pesan moral dalam Film berjudul “12 Menit untuk
Selamanya”. Peneliti menggunakan metode analisis isi kualitatif dan menggunakan
metode penelitian model Roland Barthes. Hasil dari penelitian tersebut berupa
moral cinta dan kasih sayang, keberanian, kepemimpinan, rela berkorban, harapan
dan tanggung jawab.
Persamaan
dari penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan analisis semiotika pesan
moral dalam film. Meniliti tentang moral kasih sayang, rela berkorban, pendidikan,
dan tanggung jawab. Perbedaannya terdapat pada metode penelitian yang
digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan metode Roland Barthes, sedangkan
peneliti menggunakan metode Charles Sanders Pierce.
Jaquiline
Melissa Renyoet (2014) Analisa Semiotika Pesan Moral dalam Film berjudul “To Kill A Mockingbird” peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif diskriptif dengan menggunakan metode
Analisa Semiotika Roland Barthes. Hasil dari penelitian berupa pesan moral yang
dalam ditunjukan dalam film tersebut menggunakan sejarah, intruksi moral dan
perkembangan karakter. Pesan moral yang disampaikan berupa pesan moral mendidik
tentang tanggung jawab bagaimana kita memperlakukan orang lain dan bagaimana
memperlakukan orang lain dengan hormat dan baik tanpa memikirkan
perbedaan. Selain itu terdapat pesan
moral yang terdiri dari moral sopan santun, bersyukur, menghormati, kejujuran,
pendidikan dan keberanian.
Persamaan
dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti
tentang pesan moral dalam film dan menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif. Perbedaan dari penelitian ini,
peneliti kali ini adalah pesan moral yang terkandung dalam film “Yowis
Ben” dengan penelitian kualitatif diskriptif menggunakan metode analisis
semiotika Charles Sanders Pierce yang menggunakan tiga konsep yaitu
representamen, objek dan interpretant. Sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan metode analisa Semiotika Roland Bartes. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apa saja isi pesan moral dan memahami pesan moral yang
terdapat dalam film “Yowis Ben”.
2.2
Komunikasi
Massa
Menurut
Rakhmat (2004:65), Komunikasi Massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
khalayak umum menggunakan media massa, baik itu melalui media cetak (majalah
dan koran) maupun media elektronik (tv,radio), sehingga pesan dapat disampaikan
melalui media massa produk dan komoditi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan
simbolik yang mempunyai nilai guna. Komunikasi massa menurut (Bittner dalam
Rakhmat, 2004:188) “komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada jumlah besar orang (massa
communication is messeges communicated throught a mass medium to a large number
of people)”. Dari definisi tersebut jelas bahwa komunikasi massa
menggunakan media massa sebagai alat menyampaikan pesan kepada komunikator.
Kemudian komunikasi massa menurut (Gebner dalam Romli, 2017:02) “Mass communication is the technologically
and institutionally based production and distribution of the most broadly
shared continuous flow of messeges in industrial sociates”. Komunikasi
adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki oleh orang dalam masyarakat
industri. Sedangkan komunikasi massa menurut Meletzke berikut ini
memperlihatkan massa yang satu arah dan tidak berlangsung sebagai akibat dari
penggunaan media massa, juga sifat pesannya yang terbuka untuk semua orang.
Dalam definisi Meletzke komunikasi massa diartikan sebagai setiap bentuk
komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran
teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar (Komala
dan Karlina, 2000). istilah tersebar menunjukan bahwa komunikan sebagai pihak
penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat
(Romli, 2017:02).
2.3
Ciri-ciri
Komunikasi Massa
Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang
menggunakan media massa, baik melalui media cetak atau media audio visual
(elektronik). Komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak
dalam oraganisasi kompleks. Komunikasi massa yang dilakukan menggunakan media
elektronik seperti televisi maka proses yang dilakukan komunikator menyampaikan
pesan melalui teknologi audio visual baik secara verbal maupun nonverbal.
Berikut beberapa ciri-ciri komunikasi massa:
a.
Pesan
bersifat Umum
Komunikasi massa
bersifat umum (terbuka) artinya komunikasi tersebut ditunjukan untuk semua
orang tanpa terkecuali. Pesan yang disampaikan berupa fakta, peristiwa atau
sebuah opini. Pesan dalam komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun
harus memenuhi kriteria penting atau kriteria yang dapat menarik perhatian
komunikator (Romli, 2017:05).
b.
Komunikannya
Heterogen (anonim)
Yang dimaksud
anonim yaitu komunikator tidak mengenal komunikan, karna komunikasi yang
digunakan menggunakan media dan tidak tatap muka secara langsung. Sedangkan
heterogen yaitu komunikan yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang
berbeda-beda, dapat dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
agama dan budaya.
c.
Media
Massa menimbulkan Keserempakan
Effendi (1981)
mengartikan keserempakan media itu sebagai keserempakan kontak dengan jumlah
besar penduduk dari jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu
sama lainnya berada dalam keadaan terpisah (Ardianto, 2007:9). Hal ini menjadi
kelebihan dari komunikasi massa dari pada komunikasi lainnya. Karna komunikan
yang relatif banyak dan tidak terbatas dengan serempak dan bersamaan menerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator.
d.
Stimulus
Alat Indra yang Terbatas
Kelemahan dari
komunikasi massa adalah stimulus alat indra yang terbatas. Hal ini dapat
dilihat dari jenis media massa yang digunakan. Pada surat kabar dan majalah
pembaca hanya bisa melihat, pada radio hanya bisa mendengar, sedangkan televisi
dan film komunikan hanya bisa melihat dan mendengar.
e.
Umpan
Balik yang Tertunda dan Tidak Langsung
Dalam dunia komunikasi umpan balik (feedback) adalah faktor terpenting,
karna umpan balik dijadikan sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas
artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat dengan segera mengetahui
reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikan. Tanggapan khalayak bisa
diterima melalui telepon, e-mail, instagram dan facebook. Dengan demikian
proses penyampaian feedback komunikasi massa bersifat indirect. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengunakan telepon atau instagram menunjukan bahwa umpan balik
dari komunikasi massa bersifat tertunda (Romli, 2017:06).
2.4
Fungsi
Komunikasi Massa
Menurut Effendy
dalam Karlinah, Komala dan Ardianto (2014:18) fungsi komunikasi massa adalah:
a.
Fungsi
Informasi
Fungsi
informasi dalam komunikasi massa, karna komunikasi massa menggunakan media
massa sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sedangkan media
massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar dan penonton. khalayak
sebagai mahluk sosial akan selalu haus akan informasi yang sedang terjadi.
b.
Fungsi
Mempengaruhi
Fungsi
mempengaruhi dari media massa terdapat pada tajuk/editorial, iklan, artikel dan
sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan yang ditayangkan.
c.
Fungsi
Pendidikan
Media
massa dikatakan sebagai saran pendidikan karna media massa banyak menyajikan
hal-hal yang bersifat mendidik. Media massa mendidik melalui pengajaran nilai,
etika dan aturan-aturan yang berlaku pada penonton atau pembaca. Media massa
melakukannya melalui sebuah cerita, diskusi atau drama.
Film adalah suatu media
komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu
realita yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari, Film memiliki realitas yang
kuat salah satunya menceritakan tentang realitas masyarakat. Film merupakan gambar
yang bergerak (Muving Picture). Menurut Effendi (1981;239) film diartikan
sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa
merupakan gabungan dari berbagai tekhnologi seperti fotografi dan rekaman
suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni
musik. Film adalah gambar hidup, hasil dari kumpulan
seluloid, yang diputar dengan menggunakan proyektor dan ditembakan ke sebuah
layar, yang dipertunjukan di sebuah gedung bioskop.
Film memiliki unsur,
yaitu gerak itu sendiri. Gerak intermiten
proyektor, gerak yang memakanismenya mengelabuhi mata manusia, memberikan kesan
bergerak dari objek diam dalam seluloid. Perubahan gerak itu bisa berupa
metamorfosisi, dari suatu yang membentuk hasil final yang mungkin berupa
interval panjang, yang akhirnya menjadi kesatuan yang utuh, antara perubahan
bentuk pertama hingga akhirfilm akan menjadi sesuatu yang bermakna. Sedangkan
isi dari film akan berkembang kalau sarat dengan pengertian-pengertian, atau
simbol-simbol dan berasosiasikan sesuatu pengertian serta mempunyai konteks
dengan lingkungan yang menerimanya. Film yang banyak mempergunakan simbol,
tanda dan ikon akan menantang penerimanya untuk semakin berusaha mencari makna
dan hakikat dari film itu. (Prakoso dalam Romli 2017:97).
Film adalah bentuk
dominan dari komunikasi massa visual di dunia ini. Film sebagai alat komunikasi
massa yang kedua muncul di dunia ini, mempunyai masa pertumbuhan pada akhir
abad ke -19, dengan kata lain pada waktu unsur-unsur teknik, politik, ekonomi,
sosial dan demografi yang merintanggi kemajuan surat kabar pada masa
pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. Pada tahun 1920-an
sampai 1950-an menonton film ke bioskop merupakan aktivitas populer bagi orang
Amerika (Lee dalam Putra 2011:02).
2.6 Jenis-jenis
Film
Seiring
berkembangnya jaman, film memiliki beberapa jenis menurut (Effendy, 2006:196),
diantaranya sebagai berikut :
a.
Film
Cerita
Film
cerita adalah film yang menyajikan sebuah cerita kepada penonton. sebagai sebuh
cerita maka harus terdapat unsur-unsur yang bisa menyentuh rasa manusia. Film
cerita diproduksi untuk semua kalangandimana saja.
b.
Film
Berita
Film
berita adalah film yang berisikan fakta atau kejadian yang benar-benar terjadi
dan film berita harus memiliki nilai berita (news value).
c.
Film
Dokumenter
Film
dokumenter adalah film yang menggambarkan kejadian nyata, biografi seseorang,
suatu tempat atau perjalanan. Titik berat dari film dokumenter adalah fakta
atau peristiwa yang benar-benar tejadi dan akurat. Film dokumenter dilakukan
dengan pemikiran, perencanaan yang matang dan waktu yang cukup lama.
d.
Film
Kartun
Film
kartun adalah film yang menghidupkan gambar-gambar yang sudah dilukis. Titik
berat dari pembuatan film kartun adalah seni lukis, kemudian rangkaian lukisan
setiap detiknya diputar dalam proyektor film, yang membuat lukisan-lukisan
tersebut menjadi hidup.
2.7 Unsur-Unsur
Film
Pembuat
film merupakan orang yang bekerja dengan sejumlah keahlian yang menggunakan
kreatifitas untuk menghasilkan suatu keutuhan, saling mendukung dan isi
mengisi. Hal ini menjadi syarat utama bagi seorang pembuat film untuk
melahirkan film yang baik. Terdapat beberapa unsur yang dapat menjadikan
terciptanya suatu film. Unsur-unsur tersebut adalah :
a.
Sutradara
Sutradara
merupakan seseorang yang memimpin pengambilan gambar. Tugasnya menentukan apa
yang akan di pertunjukan kepada penonton, mengatur aktor, mengarahkan akting,
dialog menentukan posisi dan gerak kamera, suara, pencahayaan dan ikut
melakukan editing ( Effendi, 2006:42).
b.
Skenario
Skenario
adalah naskah cerita yang digunakan landasan untuk melakukan sebuah proses
produksi film. Skenario berisi dialog, istilah teknis sebagai perintah kepada
crew ataupun timproduksi. Skenario juga berisi tentang informasi suara dan gambar
ruang, waktu, aksi dan peran (Effendi, 2006:17)
c.
Penata
Fotografi
Penata
fotografi adalah seseorang yang bertugas mengambil gambar dan bekerjasama
dengan sutradara menentukan jenis-jenis shoot, jenis lensa, diafragma kamera,
mengatur pencahayaan dan melakukan framing serta menentukan susunan dari subjek
yang akan direkam (Effendi, 2006:46).
d.
Penata
Artistik
Penata
artistik adalah seseorang yang bertugas menyusun segala sesuatau yang
melatarbelakangi cerita dalam sebuah film, melakukan setting tempat dan waktu
untuk berlangsungnya cerita dala film. Penata artistik juga menerjemahkan
konsep visual dan segala hal yang berkaitan dengan aksi yang dilakukan didepan
kamera (setting pariwisata) (Effendi, 2006:45).
e.
Penata
Suara
Penata
suara adalah seseorang yang ahli dan bertugas merekam suara baik dilapangan
maupun di dalam studio. Penata suara juga bertugas memadukan unsur-unsur suara
yang akan digunakan sebagai pengiring gambar atau pengisi dalam sebuah film
yang nantinya akan diputar di bioskop (Effendi, 2006:68).
f.
Penata
Musik
Penata
musik adalah seseorang yang bertugas menata paduan musik yang tepat, yang
berfungsi sebagaipenambah nilai dramatik dalam keseluruhan cerita dalam film
(Effendi, 2006:68)..
g.
Pemeran
Pemeran
atau yang sering disebut aktor adalah seseorang yang bermain atau memerankan
tokoh dalam sebuah cerita film. Pemeran melakukan tingkah laku seperti apa yang
telah ditentukan dalam skenario (Effendi, 2006:53)..
h.
Penyunting
Penyunting
atau editor adlah seseorang yang bertugas menyusun hasil dari shooting sehingga
membentuk sebuah cerita sesuai dengan konsep yang telah diberikan oleh
sutradara (Effendi, 2006:53).
Dari
segi teknis, film juga memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a.
Audio; Dialog dan Sound
Effect
1.
Dialog berisi kata-kata. Dialog digunakan untuk memperjelas perihal tokoh atau
peran, menggerakan plot maju dan membuka fakta.
2.
Sound Effect adalah bunyi-bunyian yang digunakan untuk
melatarbelakangi sebuah adegan yang berfungsi sebagai penunjang sebuah gambar
untuk membentuk nilai dramatik dan estetika dalam sebuah adegan.
b.
Visual;
Angle, Lighting, Teknik pengambilan
gambar dan Setting.
1.
Angle
Angle kamera dibedakan menurut karakteristik
terdapat 3 dari gambar yang dihasilkan yaitu :
a.
Straight Angle, yaitu sudut pandang pengambilan gambar yang
normal, ketinggian kamera setinggi dada dan digunakan pada acara yang gambarnya
tetap. Mengesankan situasi yang normal, bila pengambilan straight angle secara
zoom in mengambarkan ekspresi wajah objek atau pemain dalam memainkan
karakternya, sedangkan secara zoom out mengambarkan secara menyeluruh ekspresi
gerak tubuh dari objek atau pemain.
2.
Lighting (Pencahayaan)
Lighting adalah tata lampu dalam film.
Terdapat dua macam pencahayaan yang dipakai dalam produksi, yaitu natural light
(matahari) dan artificial light (buatan). Jenis pencahayaan antara lain :
a.
Pencahayaan
Front Lighting (Cahaya Depan). Cahaya merata dan natural/alami.
b.
Side Lighting (Cahaya Samping).
Subjek terlihat memiliki dimensi. Biasanya dipakai untuk menonjolkan suatu
benda karakter seseorang.
c.
Back Light (Cahaya Belakang).
Menghasilkan bayangan dan dimensi.
d.
Mix Lighting (Cahaya Campuran). Gabungan dari tiga
pencahayaan sebelumnya. Efek yang dihasilkan lebih merata dan meliputi setting
yang mengelilingi objek.
3.
Teknik
pengambilan gambar
Pengambilan gambar merupakan satu hal yang
sangat penting dalam proses menciptakan visualisasi simbolik yang terdapat
dalam sebuah film. Proses pengambilan gambar mempengaruhi hasil gambar yang
diingginkan, apakah ingin menampilkan karakter tokoh, ekspresi wajah dan
setting yang terdapat dalam sebuah film. Terdapat beberapa contoh teknik pengambilan
gambar sebagai berikut :
a)
Full Shoot (seluruh tubuh). Subyek utama berinteraksi dengan subyek
lain, interaksi tersebut menimbulkan aktivitas sosial tertentu.
b)
Long Shot Setting dan karakter lingkungan dan jarak. Penonton
diajak untuk melihat keseluruhan obyek sekitar, mengenal subyek dan
aktivitasnya berdasarkan lingkup setting yang mengelilinginya.
c)
Close Up (hanya bagian wajah). Gambar memiliki efek yang kuat
sehingga menimbulkan perasaan emosional karna penonton hanya melihat pada satu
titik interes. Penonton dituntut untuk memahami kondisi subyek.
d)
Medium
Shot (bagian pinggang keatas). Penonton diajak
untuk mengenal obyek dengan mengambarkan sedikit suasana dari arah tujuan
kameramen.
e)
Pan Up/ Frog Eye ( kamera diarahkan ke atas). Teknik yang
menunjukan kesan bahwa obyek lemah dan kecil.
f)
Pan Down/ Bird Eye (kamera diarahkan ke bawah). Teknik yang
menunjukan kesan obyek sangat agung, berkuasa, tokoh dan berwibawa. Namun bisa
juga menimbulkan kesan bahwa subyek dieksploitasi.
g)
Zoom In/Out Focal Lenght ditarik ke dalam observasi/fokus. Audience
diarahkan dan di pusatkan pada obyek utama. Unsur yang terdapat disekeliling
subyek berfungsi sebagai pelengkap makna.
4.
Setting
Setting adalah
tempat atau lokasi untuk pengambilan sebuah adegan visual dalam film.
2.8 Pesan Moral
1.
Pengertian
Pesan
Pesan dalam kamus besar bahasa indonesia
berarti nasehat, perintah, amanat atau permintaan yang disampaikan (KBBI, 1997:
761). pesan merupakan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan-pesan
komunikator disampaikan melalui simbol-simbol yang bermakna kepada penerima
pesan. Simbol terpenting dalam pesan adalah kata-kata (bahasa) yang dapat
mempresentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapanyang dapat
berupa percakapan, wawancara, diskusi, ceramah maupun tulisan seperti surat,
esai, artikel, puisi dan sebagainya. kata-kata memungkinkan manusia berbagi
pikiran dengan orang lain. pesan juga dapat dirumuskan secara nonverbal seperti
melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh, misalnya acungan jempol, anggukan
kepala, senyuman, tatapan mata. selain itu pesan juga dapat disampaikan melalui
musik, lukisan, patung atau tarian. Pesan merupakan sebuah simbol yang
disampaikan oleh seseorang melalui media tertentu dengan harapan bahwa pesan
itu akan menimbulkan reaksi dan dimaknai dengan makna tertentu dalam diri orang
lain yang akan diajak komunikasi.
2.
Pengertian
Moral
Dari segi etimologis kata “moral”
berasal dari bahasa latin “mores”
yang berasal dari suku kata “mos”. Mores berarti adat istiadat, kelakuan,
tabiat, watak, akhlak, yang kemudian artinya berkembang menjadi sebagai
kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik. Moralitas memiliki arti yang pada
dasarnya sama dengan “moral” hanya ada nada lebih abstrak, moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk (dalam Bertens,
2001:7). Moralitas mengacu pada arti
budi pekerti, selain itu moralitas juga mengandung arti: adat istiadat, sopan santun, dan perilaku (Zuriah, 2007:17). Sedangkan secara
terminologi kata moral memiliki beberapa
arti, yakni:
a. W. J. S. Poerdarminta menyatakan bahwa moral merupakan ajaran tentang baik
buruknya perbuatan dan kelakuan.
b. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan
nilai-nilai susila.
c. Baron dkk. Mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan
larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.
d. Magnis-Susino mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada pada
baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang
kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Darmadi, 2009:51).
3.
Etika dan Moral
Etika berasal dari
bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos
dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara
berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha)
artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang
bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukan filsafat moral. Jadi, jika kita
membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Kata yang cukup dekat
dengan “etika” adalah “moral”. Kata terakhir ini berasal dari bahasa Latin mos (jamak:mores) yang berarti juga : kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris
dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia (pertama kali dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998),
kata mores masih di pakai dalam arti
yang sama. Jadi etimologi kata “etika” sama dengan etimologi kata “moral”
karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya bahasa
asalnya berbeda : yang pertama berasal dari bahasa Yunani, sedangkan yang kedua
dari bahasa Latin.
Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia yang lama (1998) “etika” dijelaskan sebagai: “ilmu pengetahuan
tentang asas-asas akhlak (moral). Jadi, kamus lama hanya mengenal satu arti,
yaitu etika sebagai ilmu. Seandainya penjelasan ini benar dan kita membaca
dalam koran “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”, maka kata “etika” di sini
hanya bisa berarti “etika sebagai ilmu”. Tapi yang dimaksudkan dalam kalimat seperti
itu ternyata bukan etika sebagai ilmu. Kita bisa menyimpulkan bahwa kamus lama
dalam penjelasannya tidak lengkap. Jika kita melihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1988), disitu “etika”
dijelaskan dengan membedakan tiga arti : “1) ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau
nilaai yang berkanaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat”.
4.
Ajaran Moral
Moral adalah “ajaran
tentang norma-norma bagi tingkah laku manusia yang benar sesuai dengan kehendak
Illahi”. Kalau etika sumber utamanya adalah akal-budi manusia, -sebutlah
filsafat-; sedangkan moral sumber utama adalah wahyu Illahi. Dalam percakapan
sehari-hari, moral dikaitkan langsung dengan ajaran, jadilah ungkapan Ajaran
Moral, karena memang sangat bermanfaat membantu manusia untuk dapat (dan
berani) mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan terhadap Allah.
Misalnya jika seorang dokter akan melakukan pengguguran kandungan seseorang, ia
harus sebelumnya membuat keputusan moral, bukan saja keputusan etis. Mengapa?
Karena tindakan tersebut akan dan harus menjadi bagian dari pertanggung
jawabannya kepada Allah sang Pencipta Kehidupan.
Ajaran moral bisa (dan wajar) berbeda,meski pun topik
atau perihalnya sama; contoh tentang perkawinan. Ada ajaran moral monogami, ada
ajaran moral poligami, bahkan mungkin ada yang memandang perkawinan semata-mata
sebagai masalah etika belaka, bukan masalah moral. Perbedaan pandangan moral
(dan etika) seperti ini harus dihormati, dan jangan sekali-kali dicemooh,
karena masing-masing memiliki dasar pertanggung jawabannya yang berbeda.
Perbedaan ajaran moral bukan hanya ditentukan oleh
agama, sehingga ada ajaran moral Katolik, ajaran moral Islam, ajaran moral
Hindu dan seterusnya; melainkan juga bisa sangat ditentukan oleh entitas
kebangsaan bahkan juga kesukuan. Artinya, penghayatan tentang wahyu Illahi
bukan saja menjadi monopoli agama. Bangsa atau bahkan suku bangsa pun memiliki
otoritas mrumuskan ajaran moral sesuai dengan penghayatan suku itu terhadap
wahyu Illahi kehidupan.
Ringkasnya, ajaran moral itu ID card bagi manusia.
Sebuah ID card pasti selalu melekat dan dibawa kemanapun pergi. Kalau ia orang
Jawa, ID card ke-Jawa-annya seharusnya terbawa, kemanapun. ID card itu bukan
saja sebuah penanda, melainkan juga seharusnya jaminan pembawa rasa tenang
seperti tenangnya ketika ada pemeriksaa paspor karena ia membawa paspornya.
Dengan apa etika dianalogikan? Kalau ajaran moral bagaikan ID card, etika itu
bagaikan spido meter di kendaraan bermotor. Spido meter itu berfungsi sebagai
alat kontrol untuk mengukur kecepatan. Jika spido meter mati, orang tidak tahu
seberapa tinggi atau rendah kecepatannya.
Norma-norma moral adalah tolok
ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Moral yang
sebenarnya disebut moralitas. moralitas sebagai sikap hati orang yang terungkap
dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang
baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia
mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang
betul-betul tanpa pamrih. Hanya moritaslah yang bernilai
secara moral (Budiningsih, 2004:24).
Menurut Burhanuddin Salim dalam bukunya Dasar
Konsep Pendidikan Moral, Moralitas memiliki dua
arti: 1) system nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik
sebagaimana manusia. System nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk
petuah-petuah, nasiha, wejangan, peraturan, perintah dsb, yang diwariskan
secara turun temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana
manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
2) tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan tentang perilaku yang baik
dan buruk. Moralitas member manusia atauran atau petunjuk konkret tentang
bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak sebagai manusia yang
baik, dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak
baik.
Sedangkan pendidikan moral
adalah usaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak
masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang berisi
nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena menyangkut dua
aspek inilah, yaitu nilai dan kehidupan nyata. Maka pendidikan moral lebih
banyak membahas masalah dilemma (seperti makan buah simalakama) yang berguna
untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan masyarakatnya (dalam Burhanudin,
2004:46).
Selain itu pendidikan moral juga bias diartikan
sebagai suatu konsep kebaikan (konsep yang bermoral) yang diberikan atau
diajarkan kepada peserta didik (generasi muda dan masyarakat) untuk membentuk
budi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan berperilaku terpuji seperti halnya
dalam pancasila dan UUD 1945. Guru diharapkan membantu
peserta didik mengembangkan dirinya, baik secara keilmuan maupun secara mental
spiritual keagamaan (dalam Darmadi, 2009:57).
Menurut
DepDikNas dalam Aminah, 2008:41, Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti :
1.
Baik,
buruk yang diterima umum menganai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti dan susila.
2.
Kondisi
mental yang membuat seseorang berani, bersemangat, berdisplin.
3.
Ajaran
tentang kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Pesan
moral memuat pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat diantara
sekelompok manusia. Nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia. Norma
adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia (Purwanto, 2007:45). Menurut Nata dalam Aminah, 2008:97, kategori pesan
moral terdapat tiga macam, diantaranya :
1.
Kategori
hubungan manusia dengan Tuhan
2.
Kategori
hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub; ambisi, harga diri, taku dan
lain-lain.
3.
Kategori
hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial, termasuk
hubungannya dengan alam. Dibagi menjadi sub kategori; persahabatan, kesetiaan,
permusuhan dan lain-lain.
2.9 Semiotika Charles
Sanders Pierce
Semiotika
adalah ilmu yang mengkaji atau mempelajari tentang tanda. semiotika atau
semiologi mengandung pengertian yang sama, walaupun penggunaan dari salah satu
dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukan pemikiran pemakainya : mereka
yang bergabung dengan Pierce menggunakan kata semiotika dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan
kata semiologi (Sobur, 2016:12).
Semiologi menurut (Saussure dalam Sobur, 2016:12) “sebuah ilmu yang mengakaji
kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat dan dengan demikian menjadi bagian
dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana
terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya”.
Sedangkan
semiotika muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf pragmatik amerika yang bernama
Charles Sanders Pierce. Menurut (Pierce dalam Sobur, 2016:13) “doktrin formal
tentang tanda-tanda”. yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang
tanda : tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda,
melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran
manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia
tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri
merupakan sistem tanda yang fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda
nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik
sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun
dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.
Menurut Zoest (dalam Khairussibyan, Lantowa dan Marahayu, 2017:01) “semiotika
adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
penggunaan tanda”.
Charles
Sanders Pierce adalah seorang filsuf Amerika. Pierce merupakan seorang pemikir
yang argumentatif (Cobley dan Janzs dalam Sobur, 2016:39). Pierce lahir dalam
sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839 (ayahnya Benjamin adalah seorang
profesor matematika di Harvard). Pierce menulis tentang berbagai masalah yang
satu sama lain tidak berkaitan, karna bidang yang diminatinya sangatlah luas.
Pierce adalah ilmuwan yang menekuni ilmu pasti dan ilmu alam, kimia, astronomi,
linguistik, psikologi dan agama (Sobur, 2016:40).
Pierce
terkenal dengan teori tandanya. Menurut Pierce semiotika memungkinkan kita
berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang
ditampilkan oleh alam semesta. Teori pierce merupakan “grand theory” dalam semiotika, karna teori yang digunakan Pierce
bersifat deskripsi struktural, menyeluruh, dari semua sitem penandaan. Pierce
merumuskan secara sederhana tentang suatu fungsi tanda: dimana tanda A
menunjukan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsirannya, yaitu C. Oleh sebab
itu suatu tanda tidak pernah entitas yang sendirian, tetapi harus memiliki tiga
aspek tersebut. (Sobur, 2016:41).
Bagi
Pierce (Sobur, 2016:41), tanda “is
something which stands to somebody for something in some respect or capacity” sesuatu
yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut dengan ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretan. Dengan hubungan ini Pierce mengadakan klasifikasi
tanda. Tanda yang dikaitkannya dengan ground adalah qualisign, sinsign, dan legisign.
Berdasakan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index
(indeks), dan symbol (simbol).
Berdasarkan interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign dan argument. Berdasarkan berbagai
Klasifikasi tersebut, Pierce (Sobur, 2016:43) membagi tanda menjadi sepuluh
jenis:
1.
Qualisign adalah kualitas sejauh tanda.
2.
Iconic Sinsign adalah tanda yang memperlihatkan kemiripan.
3.
Rhematic Indexical Sinsign
adalah tanda berdasarkan pengalaman langsung yang secara langsung menarik
perhatiaan karna kehadirannya disebabkan oleh sesuatu.
4.
Dicent Sinsign adalah tanda yang memberikan informasi
tentang sesuatu.
5.
Inconic Legisign adalah tanda yang menginformasikan norma
atau hukum.
6.
Rhematic Indexical Legisign adalah tanda yang mengacu
kepada objek tertentu.
7.
Dicent Indexcical Legising adalah tanda yang bermakna
informasi dan menunjukan subjek informasi.
8.
Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme adalah tanda yang
dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.
9.
Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda
yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak.
10. Argument adalah tanda yang merupakan iferens
seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu (Sobur, 2016:43-43).
Proses pemaknaan tanda pada Pierce mengikuti
hubungan antara tiga titik yaitu
Representamen (R) – Object (O) – Interpretant (I). R adalah bagian tanda
yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang
diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan
hubungan antara R dan O, atau representamen (“sesuatu”), objek (sesuatu dalam
kognisi manusia), interpretan (proses penafsiran). Oleh karena itu bagi
Pierce, tanda tidak hanya representatif tetapi juga interpretatif. Teori Pierce
tentang tanda memperlihatkan pemaknaan tanda sebagai suatu proses kognitif dan
bukan sebuah struktur. Proses seperti ini disebut semiosis (Hoed, 2011: 46).
Proses semiosis, yakni pemaknaan dan
penafsiran atas benda atau perilaku berdasarkan pengalaman budaya seseorang.
Dalam kenyataan proses semiosis berlangsung berulang-ulang. I dapat berfungsi
sebagai R baru yang merujuk pada O baru dan I baru lagi, dan begitulah
seterusnya sampai tak terhingga (unlimited semiosis) (Kaelan, 2009:166). Model
ini disebut sebagai segitiga semiosis Pierce (R-O-I) seperti pada gambar
berikut:
Interpretan Object
Sumber
: Kaelan (2009:166)
Gambar 1.
Segitiga Semiotika S.S Pierce
37
BAB III
|
37
|
METODE PENELITIAN
|
3.1 Jenis
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi
data analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Menurut
Bungin (2010:293), penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Penelitian
ini sesuai dengan beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif menurut Bungin
(2010:303), yaitu peneliti lebih memperhatikan proses bukan hasil, peneliti
lebih memperhatikan interprestasi, peneliti merupakan alat utama dalam
mengumpulkan data dan menganalisis data serta peneliti harus terjun langsung ke
objek untuk melakukan penelitian, peneliti terlibat didalam proses penelitian,
interprestasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.
3.2 Objek Penelitian
Objek
penelitian ini adalah Film Yowis Ben, adapun unit analisis penelitiannya adalah
potongan-potongan gambar atau visual baik secara artistik maupun act pada beberapa tokoh, serta
adegan-adegan yang terdapat pada film “Yowis Ben”, dan juga dari dialog-dialog
yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah tersebut.
3.3
Sumber Data
Menurut Moleong
(2010:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber
data penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari
rekaman video original berupa film “Yowis Ben” kemudian dipilih visual atau
gambar dari adegan-adegan film yang diperlukan untuk penelitian.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari
literatur-literatur yang mendukung data primer seperti Jurnal, Skripsi,
reverensi internet dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut
Sugiyono (2011:229) metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang
berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
a)
Dokumentasi
yaitu Film Yowis Ben.
Untuk
memudahkan analisis maka adegan Film Yowis Ben di screenshot dan diambil
poin inti dari foto yang berhubungan dengan pesan moral pada bagian-bagian
tertentu sesuai kebutuhan penelitian.
b)
Studi
Literatur, hal ini dilakukan sebagai pelengkap analisis teks. Studi literatur
diarahkan pada aspek sosial, budaya, ekonomi, serta kajian teori pendukung
penelitian ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut
Moleong (2010:117), analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Definisi
tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data
dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data. Analisis data dilakukan dengan cara peneliti sebagai
instrumen utama yang memberi makna kepada data (Film Yowis Ben) berdasarkan
tingkat reliabilitas dan validitas data. Menurut Sobur (2009:148), proses
analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah model analisis
semiotika yang dikembangkan mengungkapkan ada apa di balik tanda, sebuah foto
atau makna dari Film Yowis Ben.
Menurut
Sobur (2009:148), langkah- langkah yang dilakukan dalam menganalisa data adalah dengan menentukan
korpus yang
berupa foto dari
Film Yowis Ben. Kemudian
dianalisis menggunakan analisis teori Semiotika Charles Sander
Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari
bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui
tanda-tanda. Charles Sanders Pierce membuat model dalam menganalisa makna dari
tanda-tanda atau yang sering disebut dengan triadic
(segitiga makna/triangle meaning).
Model yang memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu :
1.
Representamen (sesuatu yang mempresentasikan sesuatu yang
lain), contohnya: keberanian.
2.
Objek
(sesuatu yang dipresentasikan atau digambarkan),
contohnya:
warna merah dalam bendera merah putih.
3.
Interpretant (interpretasi seseorang tentang tanda),
contohnya:
warna merah mengambarkan keberanian dan tak gentar mengambil resiko (Piliang,
2003:267).
Tahapan- tahapan yang dilakukan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a.
Data
primer dan data sekunder yang sudah terkumpul dibaca dan diamati atau
observasi. Setelah memperoleh gambaran yang bersifat umum dan mencangkup yang
dipermasalahkan peneliti mungumpulkan scene-scene yang berkaitan dengan pesan
moral dan melibatkan beberapa tokoh. Setelah terkumpul beberapa scene, peneliti membaginya dalam
beberapa shot untuk memudahkan pemaknaan secara representamen dan interpretan.
b.
Tanda
dalam hal ini sebagai objek yang telah dikelompokkan baru dimaknai secara
interpretan, kemudian dimaknai secara representamen.
Pada tahap ini akan diketahui hal-hal yang berhubungan dengan isi. Secara
empiris, scene-scene yang telah ditandai kemudian ditentukan maknanya melalui interpretant dan representamen. Untuk memaknai secara interpretant, peneliti mengidentifikasi apa saja obyek yang tersaji
pada setiap scene. Sementara itu,
untuk medapatkan makna secara representamen, peneliti berupaya menangkap pesan
tersembunyi yang berada dibalik tanda-tanda dalam hal ini sebagai objek yang
tersaji dari hasil pemaknaaan secara interpretan pada setiap scene dan dialog dalam film “Yowis Ben”.
Dari gambaran langkah-langkah dalam penelitian akan didapatkan pengertian
secara umum dan mencangkup apa yang dipermasalahkan.
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sinopsis
Film “Yowis Ben”
Sumber : www.imdb.com
Gambar 2.
Cover Film “Yowis
Ben”
42
|
Film yang di sutradarai oleh Fajar Nugros ini merupakan film dengan
jenis drama komedi, film drama pada umumnya berhubungan dengan cerita, tema,
karakter, dan suasana yang memotret kehidupan nyata. Alur cerita dalam film
drama terkadang dapat membuat penonton tersenyum, tertawa, sedih, bahkan sampai
meneteskan air mata.Terkait dengan judul yang diajukan peneliti, “Pesan Moral
dalam film Yowis Ben”, maka peneliti akan menganalisis bagaimana nilai-nilai
moral yang terkandung di dalam film YOWIS BEN tersebut.
4.2 Karakter
Pemain
a.
Bayu Eko Moektito (Bayu Skak) merupakan
pemeran utama sebagai Bayu seorang anak asli kelahiran Malang. Dia berperan
sebagai seorang anak laki-laki yang tinggal bersama ibunya dan bapaknya sudah
meninggal. Bayu adalah pendiri sekaligus Vokalis Yowis Ben. Dia rendah hati,
sederhana, sopan, pemalu, kerja keras dan pentang menyerah.
b.
Cut Meyriska memerankan sebagai Susan,
Ia adalah siswa pindahan dari Jakarta yang memiliki karakter sombong dan cantik.
Ia adalah cewek yang disukai oleh Bayu.
c.
Brandon Salim sebagai Doni yang
memerankan sebagai teman Bayu sekaligus anggota Yowis Ben. Doni memiliki agama
yang berbeda dengan Bayu. Namun Nando adalah anak yang rendah hati, baik hati,
dan tampan. Nando adalah idola di sekolahnya, dia dikagumi oleh cewek-cewek di
sekolah. Nando adalah anggota Yowis Ben yang bertugas sebagai Keybordis.
d.
Joshua Suherman sebagai Doni yang
memerankan sebagai anak Malang yang berasal dari keluarga kaya yang kurang
disayang oleh kedua orang tuanya karena kurang berprestasi di sekolah. Doni
adalah teman sekolah Bayu sekaligus anggota Yowis Ben yang bertugas sebagai
Gitaris. Doni adalah anak yang rendah hati, baik dan tidak terlalu polos.
e.
Tutus Thomson sebagai Yayan yang
memerankan sebagai anak Malang tetangga desa Bayu. Yayan adalah anak yang
agamis, randah hati, baik dan polos. Ia adalah teman sekolah Bayu sekaligus
anggota Yowis Ben yang bertugas sebagai Drumer.
4.3
Profil
Sutradara Film Yowis Ben
Gambar 3.
Foto Fajar Nugros
Fajar Nugros lahir di Yogyakarta, 29
Juli 1979, dikenal sebagai Direktur Film dan juga Writer. Dia lulusan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan memulai karir sebagai seorang penulis
dengan karya pertamanya sebuah buku yang berjudul “Buaya Jantan” yang
diterbitkan oleh Gama Media pada tahun 2006. Pada tahun 2010, Fajar kembali merilis buku Andriana yang
berjudul “Labirin Cinta di Kilometer Nol”. Fajar Nugros memulai karier membuat film pada tahun 2003
dengan membuat film pendek yang berjudul “JAGJOGLIK” Jakarta-Jogja-Bolak-Balik.
Kemudian Fajar membuat beberapa film pendek lainnya, seperti “Dilarang Mencium
di Malam Minggu” (2003), “Sangat Laki-laki” (2004), dan “Jogja Needs A Hero”
(2005). Pada tahun 2009, Fajar Nugros mulai menyutradarai film panjang
pertamanya di layar lebar dengan judul film “Queen Bee” dibawah rumah produksi
Million Pictures. Fajar juga menggarap sebuah film bersama Raditya Dika yang
berjudul “Cinta Brontosaurus” dirilis pada bulan Mei 2013. Pada tahun 2013
Fajar Nugros bersama Shopia Mueller selesai mengerjakan film yang diambil dari
buku novelnya sendiri “Andriana”.
Filmography
Fajar Nugros sebagai Sutradara, meliputi: Sangat Laki-Laki (2004), Doa Yang
Mengancam (2008), Get Merried 2 (2009), Queen Bee (2009), Cinta 2 Hati (2010),
Sang Pencerah (2010), Tendangan Dari Langgit (2011), Rumah di Seribu Ombak
(2012). Cinta di Saku Celana (2012), Refrain (2013), Cinta Brontosaurus (2013),
9 Summer 10 Autums (2013), Andriana (2013), dan Yowis Ben (2018).
4.4. Profil
Pemain Inti Film Yowis Ben
a.
Bayu
Eko Moektito
Gambar
4.
Foto Bayu Skak
Bayu Skak lahir di Malang, Jawa Timur, 13
November 1993. Bayu sekolah di SMK Negeri 4 Malang jurusan Grafika dan kemudian
meneruskan pendidikan ke Universitas Negeri Malang mengambil jurusan Seni dan
Desain. Pada sewaktu Smk ia bersama teman-temannya membentuk sebuah grup komedi
yang bernama “SKAK” atau Sekumpulan Arek Kesel pada tahun 2009. Bayu membuat
kanal di Youtube kemudian mereka membuat vidio-vidio lucu yang kemudian
diunggah di kanal Youtube. Bayu Skak vakum pada tahun 2011 dikarenakan para
personil Skak sudah lulus dari Smk. Kemudian kanal Youtube Kembali aktif pada
Januari 2012 dengan menggangkat format vidio komedi monolog yang membahas
tentang kehidupan remaja pada masanya.
Bayu Skak adalah Youtuber Indonesia yang
terkenal dengan bahasa jawa khas malang yang lucu dan aksen medoknya.
Vidio-vidionya yang inspiratif dan menyentuh hati penonton membuat Bayu Skak
memiliki banyak penonton di kanal Youtubenya. Bayu memulai dengan peralatan
seadanya, namun hal tersebut tidak membuat Bayu berhenti berkarya, bayu justru
terus berkarya sampai akhirnya Bayu mendapatkan penghargaan Best Vlog Male 2013
di Jakarta, Silver Play Button dari Youtube. Tidak hanya itu, Bayu juga bermain
di sebuah acara TV yang ditayangkan di JTV 3 November 2013, kemudian diundang
di acara TV Kick Andy episode 29 Juni 2018 dengan judul “Mendobrak Keterbatasan”
dan Jalan Bareng episode 24 Desember 2018.
Bayu mulai bermain disebuah film pada tahun
2014, sebuah film yang berjudul “Marmut Merah Jambu” yang berperan sebagai Cowo
SMA Vox Pop #1. Kemudian tahun selanjutnya film “Check In Bangkok” (2015),
“Relationshit” (2015), “Hangout” (2016), “Insya Allah Sah” (2017), “Belok Kanan
Bercelona” (2018), dan Yowis Ben yang di Sutradari oleh Fajar Nugros dan Bayu
Skak sendiri sebagai Co Produser. Film Yowis Ben adalah karya pertama Bayu Skak
di bidang Film yang tampil di layar lebar.
b.
Cut
Meyriska
Gambar 5.
Foto Cut Meyriska
Cut Ratu Meyriska lahir di Medan, 26 Mei
1993. Cut Meyriska kerab disapa Chika. Chika memulai karirnya sejak ia berumur
14 tahun melalui sinetron Suci pada tahun 2007. Namun, sebelum terjun ke dunia
hiburan, ia memang sudah memiliki prestasi yang cemerlang. Chika pernah
mendapatkan gelar juara pertama Putri Sumatra Utara dan juara kedua Top Guest
Aneka 2008. Setelah berhasil dengan prestasi gemilangnya, Chika mulai membintangi
banyak judul sinetron, seperti “Cinta Bunga” (2007), “Kepompong” (2008), “Buku Harian
Baim, Ulat Kepompong, Arti Sahabat” (2009), dan “Arti Sahabat” (2010).
c.
Brandon
Salim
Gambar 6.
Foto Brandon Salim
Brandon Nicholas
Salim atau Brandon Salim merupakan aktor, pembawa
acara, dan gitaris yang lahir di Jakarta, 19
September 1996. Brandon memulai kariernya sebagai lead dari
band yang dibentuk pada tahun 2008 dengan nama Lights ON. Posisinya sebagai lead
guitarist sekaligus pencipta lagu. Ia dapat memainkan berbagai alat musik
seperti gitar, drum, dan piano. Pada tahun 2013 band Lights On masuk dalam
industri musik secara professional dengan dikontrak oleh HITS recording company
yang merupakan anak perusahaan dari MNC/RCTI group. Pada penghujung tahun 2014,
Lights ON mengeluarkan single pertama yang berjudul 'CARI KAMU'. Di samping
sebagai pemusik, Brandon Nicholas Salim juga memiliki bakat di dalam dunia
acting dan presenter yang mana bakat ini menurun dari ayahnya Ferry
Salim yang merupakan
aktor senior dan presenter kondang di eranya. Film layar lebar pertamanya
berjudul Heart Beat yang dirilis pada tahun 2015. Di film ini Brandon beradu dengan
personil girlband BLINK.
Karir berfilmnya di
mulai sejak tahun 2015 dimana ia mendapatkan peran Michael dalam film “7 Hari
Menembus Waktu”. Di tahun yang sama, ia bermain di film Heart Beat dan Ngenest. Sementara pada tahun 2016, namanya masuk
sebagai pemain dalam film Beauty and The
best, dan Winter In Tokyo. Di
tahun 2017, Ia mendapatkan peran Alex dalam film “A: Aku, Benci, & Cinta”
dan Dio dalam film “The Underdogs”. Di tahun 2018, Ia juga membintangi film
Dilan 1990 sebagai Beni, Yowes Ben sebagai Nando, Mata Dewa
sebagai Bumi, R:Raja, Ratu & Rahasia sebagai Raja, dan Generasi Micin
sebagai Pak Anggara Muda. Sementara di tahun 2019, Ia kembali bermain dalam
film Dilan 1991 sebagai Beni, Taufiq: Lelaki yang menantang badai sebagai
Yaman, serta Yowis Ben 2 sebagai Nando. Selain film, Ia juga aktif bermain FTV,
Serial TV, hingga menjadi host dibeberapa acara musik dan Webseries.
d.
Joshua
Suherman
Gambar 7.
Foto Joshua Suherman
Joshua Suherman (lahir di Surabaya, Jawa
Timur, 3
November 1992; umur 26 tahun) adalah mantan penyanyi cilik Indonesia. Selain bernyanyi, Joshua juga menjadi
bintang sinetron, bintang layar
lebar, bintang iklan, dan sebagai presenter. Karier Joshua sebagai penyanyi cilik
dimulai dalam album Cit Cit Cuit pada tahun 1996, dan kariernya mulai menanjak dengan lagu
"Air" (yang juga dikenal dengan nama "Diobok-Obok").
Sekarang Joshua yang mulai beranjak dewasa mencoba memulai kembali kariernya
dengan meninggalkan imagenya sebagai penyanyi cilik dan bergabung dengan grup
musik Saqadaex bersama beberapa mantan penyanyi cilik
lainnya yang juga mulai meninggalkan image mereka sebagai penyanyi cilik. Selain
sebagai penyanyi cilik, Joshua juga terkenal sebagai pemain beberapa sinetron
dan layar lebar. Sinetron yang ia mainkan antara lain adalah Abad 21
(1997), Air Mata Ibu (1998), Natal Putih (1998), Anak Ajaib
(2000), dan Inikah Rasanya. Film layar lebar yang ia mainkan adalah Joshua
oh Joshua
(2001). Ia juga menjadi bintang dalam berbagai iklan dan presenter dalam berbagai kuis dan acara.
Adapun deretan film
yang diperankan Joshua Suherman diantaranya Joshua Oh Joshua (2000),
Petualangan 100 Jam (2004), Pangeran Katropolitan (2008), Sang Pencerah (2010),
Menebus Impian (2010), Tendangan Dari Langit (2011), 3 Pocong Idiot (2010), 3600 Detik (2013),
Cerita Cinta (2015), Ketika Mas Gagah Pergi The Movie (2016), Gila Jiwa the
Movie (2016), dan Yowis Ben (2018).
e.
Tutus
Thomson
Gambar 8.
Foto Tutus Thomson
Tutus
Thomson mulai dikenal
setelah berperan sebagai Yayan dalam film Yowis Ben. Tutus Thomson kembali
membintangi sekuel Yowis Ben, yakni Yowis Ben 2. Dibanding pemain yang lain,
Tutus Thomson satu – satunya aktor yang minim pengalaman dalam dunia seni
peran. Sejak usia 9 tahun, Tutus aktif dalam bermusik. Ia memilih menjadi
pemain drum karena mengidolakan grup musik asal Amerika Serikat, Blink 182. Di
tahun 2011, Tutus yang lahir dan besar di Malang, berkenalan dengan Bayu Skak.
Setahun berteman, keduanya sepakat membentuk grup band bersama yang mereka
namai ‘Bayu Skak With The Band’. Band ini sempat berjalan selama lima tahun
hingga pada 2017 memutuskan bubar. Film Yowes Ben merupakan film pertama Tutus.
4.5.
Hasil dan Pembahasan
Pada
bagian ini dipilih 17 scene yang akan dijabarkan berdasarkan makna Representamen, object, interpretan serta
pesan moral yang terkandung dalam masing-masing scene. Penjabaran kategori tersebut berdasarkan visual (gambar)
dan verbal (dialog) yang terdapat dalam scene
tersebut. Sementara untuk pemilihan scene,
di ambil berdasarkan latar belakang yang diusung dalam film dan kemudian di
deskripsikan sesuai dengan teori semiotika Charles S Pierce yang juga terkenal
dengan konsep Triadik atau Trikolotomi yang terdiri dari tiga unsur tanda.
4.5.1. Rendah Hati
Pada penjelasan ini, peneliti memaknai
scene berdasarkan makna representamen,
object, dan interpretan dari rendah
hati. Scene yang diambil terdiri dari
cerita ketika Bayu Skak sedang menggunaan seragam berbeda berwarna pink, biru
tua, dan biru muda ke sekolah dan bertemu dengan Susan dan Roy.
Tabel 1.
Visual dan Verbal Scene Rendah Hati
Visual
|
Verbal
|
s
|
Bayu
: San, Susan. San pecelnya udah tak kasih temen kamu
Susan
: iyah, udah tau. Makasih ya... yuk... (susan pergi bersama Renho
meninggalkan bayu.
Bayu
: San,Heh..heh..heh.. apa..?
Roy
: Uangnya udah?
Bayu
: udah.
Roy
: Kembaliannya?
Bayu
: udah.
Roy
: Lalu apa lagi?
Bayu
: aku pengen ketemu sama Susan.
Roy
: Halah.. halah... (menoleh ke Susan) liat tuh bibirnya kek habis kejedot
pintu.
Susan
: hehe.. cowok kok pake lipstik sih.
Bayu
: sudah gagal ketemu Susan, dihina Roy pula. jancok icak jon i.
|
a.
Representamen
Gambar
1, seorang anak laki-laki mengendong tas (Bayu) menggunakan baju kemeja
berwarna pink, biru tua dan biru muda yang memanggil anak perempuan yang
menggunakan pakaian seragam sekolah (Susan) dan
seorang
anak laki-laki yang menggunakan pakaian seragam sekolah (Roy) menghadang dan
pundak Bayu di pegang oleh Roy. Roy metenteng dan menujukan tangan kearah muka
Bayu. dan
terlihat sebuah mading yang menunjukan tempat berada di lingkungan sekolah.
Berdasarkan
representamen, tanda terbagi menjadi
beberapa bagian seperti qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign dalam
scene ini adalah meskipun Bayu di hina oleh Roy karena sikapnya yang katrok,
tapi ia tetap rendah hati. Sementara untuk sinsignya
Roy berusaha mengejek penampilan bayu. Sedangkan untuk legisignnya adalah respon bayu yang tetap berusaha mempertahankan
prinsipnya di hadapan Roy menunjukkan bahwa hal itu berhubungan dengan rendah
hati.
b.
Objek
Roy
yang menunjukan tangan kearah muka bayu, kemudian Roy pergi menolakan
badan Bayu dan Susan menertawakan Bayu.
Berdasarkan
Objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene ini
ditunjukkan dengan baju bayu yang berbeda dengan baju Susan dan Roy. Sementara
indeks dalam scene ini ditunjukkan
dengan tudingan tangan Roy ke arah Bayu serta muka Roy yang mengejek Bayu. Kedua
tanda ini mengindekskan bahwa Roy benar-benar merendahkan Bayu di hadapan Susan
dan mencoba membandingkan Bayu dengan Roy agar Susan dapat melihatnya.
Selanjutnya jika dihubungkan dengan dialog yang disampaikan, ucapan Roy
mengindekskan perasaan benci dan kesal kepada Bayu tetapi Bayu menjawab apa
adanya. Objek ketiga yakni simbol ditunjukkan dengan ekspresi Bayu yang tetap
merasa sudah berkata apa adanya dan hal tersebut menyimpulkan bahwa Bayu telah
merendahkan hati di hadapan Roy dan Susan.
c.
Interpretant
Bayu
yang menggunakan kemeja berwarna merah muda bergaris biru tua dan biru muda
menandakan Bayu adalah anak yang polos, lembut, romantis, semangat dan tenang.
celana yang dipakai Bayu adalah celana sekolah yang menandakan dia tetap
memiliki etika dan tata krama yang baik karena dia memakai pakaian mematuhi aturan
sesuai dengan tempat yang akan dia datangi. Roy dan Susan yang menggunakan
pakaian seragam menunjukan bahwa mereka belum pulang masih melaksanakan rapat
disekolah.
Roy
Menghadang Bayu saat bayu ingin bertemu dengan Susan karena sebelumnya Susan
sudah menjajikan kepada Bayu untuk bertemu dengannya saat memberikan pecel
pesanannya. Namun Roy dengan cepat menghadang bayu dengan memegang pundak Bayu
yang menandakan peringatan keras untuk tidak dekat dengan Susan. cara berbicara
Roy yang menaikan dagu menunjukan bahwa Roy ingin menunjukan kegagahannya
didepan Susan.
Roy
metenteng dan menunjuk tangannya ke arah muka Bayu melihat Bayu menggunakan
lipstik. Sikap Roy kepada Bayu di depan Susan menunjukan bahwa Roy sedang
merendahkan dan menghina Bayu. Susan tertawa melihat Bayu memakai lipstik yang
memperlihatkan bahwa dia tidak memiliki perasaan terhadap Bayu. Cara tertawa
kecil Susan dan ekspresi Susan yang dingin saat menertawakan Bayu secara tidak
langsung adalah hinaan kepada Bayu.
Karena Bayu adalah anak yang polos dan orangnya yang tenang, Bayu hanya terdiam
tanpa berkata sepatah katapun dengan ekspresi yang datar saat dihina Roy bahkan
dia masih bisa tersenyum kecil.
Setelah
menghina Bayu, Roy menolakkan bandan bayu dan pergi meninggalkan bayu. Sikap
Roy kepada Bayu menggambarkan bahwa Bayu sudah tidak diperlukan lagi, tidak
berarti dan sangat tidak pantas untuk mendekati Susan. Saat meninggalkan Bayu,
Susan menertawakan Bayu. Bayu dengan wajah kekecewaanya meperhatikan Susan yang
pergi meninggaklannya. Bayu yang saat
itu perasaannya senang sebelum bertemu dengan Susan saat itu juga Bayu sangat
kesal dan kecewa kepada diri sendiri setelah bertemu dengan Susan dan
menyalahkan cak Jon yang telah memilihkan kemeja yang Bayu kenakan.
Berdasarkan
interprtant, tanda terbagi menjadi rheme, dicent, dan argument.
Dari scene di atas, rheme berada pada baju Bayu yang
berbeda. Sedangkan Dicent-nya berada
pada point dimana Roy menunjuk sinis kepada Bayu dan mengejeknya. Sedangkan
argument menunjukkan bahwa reaksi Bayu yang apa adanya menggambarkan bahwa ia
rendah hati.
Selain
scene di atas, scene di bawah ini juga menunjukkan makna rendah diri. Scene ini
diambil dari adegan saat Bayu masuk ke dalam kelas dengan membawa tas berisi
pecel. Di saat itu, teman sekelasnya bernama Stevia sedang membacakan puisi
yang dibuat oleh Bayu. Temannya kemudian mengejek Bayu beramai-ramai dan
menyorakinya.
Tabel 2.
Visual dan Verbal Scene Rendah Hati
Visual
|
Verbal
|
Teman
Stevia (membacakan sebuah puisi): Stevia, kamu itu cantik
Teman
sekelas stevia : assseeeekkk
Teman
Stevia : akupun jatuh cinta
Teman
sekelas Stevia tertawa.
Bayu
: ya udalah, Stevia aku diterima ngak?
Stevia
: lhoo, ya ngak!
Teman sekelas
Stevia tertawa.
|
a.
Representamen
Dalam
scene di atas, tanda qualisign berada pada bagian dimana
ekspresi Bayu yang lapang dada menerima pernyataan Stevia yang menolak puisi
Bayu di hadapan semua teman-temannya. Sementara sinsign berada pada bagian dimana Stevia tengah asik membaca puisi
dengan nada mengejek kepada Bayu. Sedangkan legisignnya
berada pada bagian respon Bayu yang tetap berusaha rendah hati meskipun di
tolak.
b.
Objek
Sementara
Objek dalam scene ini ditandai dengan
Ikon tas yang dibawa Bayu. Bagian ini menunjukkan bahwa selama ini Bayu tidak
malu membantu ibunya berjualan pecel di sekolah sehingga dia terbiasa membawa
tas itu hingga di dalam kelas. Sementara indeks ditunjukkan dengan dialog
Stevia yang terang-terangan menyindirnya yang dianggap tidak tahu malu dan
tidak sadar diri mengiriminya puisi. Sehingga Stevia mengoloknya di depan kelas
agar Bayu malu dengan teman-temannya. Simbol ditunjukkan dengan ekspresi Bayu
yang tetap merasa sudah berkata apa adanya.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda terbagi menjadi rheme, dicent, dan argument.
Dari scene di atas, rheme berada pada dialog Stevia kepada
Bayu. Sedangkan Dicent-nya berada
pada point seluruh teman Bayu ramai-ramai menyorakinya. Sedangkan argument menunjukkan bahwa reaksi Bayu
yang apa adanya menggambarkan bahwa ia rendah hati. Bayu tidak marah sama
sekali kepada teman-temannya.
Tabel 3.
Visual dan Verbal Scene Rendah Hati
Visual
|
Verbal
|
Papa
Nando : bagus kan?
Nando
: bagus pa,
Bayu,
Iyan dan Doni : bagus , bagus om.
Papa
Nando : biar kalian ngak pergi kestudio habisin uang. Maen-maen pergi kesini
saja.
Nando
: papa beliin?
Papa
Nando : ngak, papa sewain.
Bayu
: sewa sampai kapan om?
Papa
Nando : ya sampai kalian maennya keren.
Bayu
: makasih om ya.
Doni
: Makasih om. Makasih, makasih.
Iyan
: om, makasih banyak om.
Nando
: makasih pa,
|
a.
Representamen
Dalam
scene di atas, tanda qualisign berada pada bagian dimana papa
nando dengan tenang memberikan informasi bahwa ia sudah menyewakan alat musik
untuk mereka latihan. Sementara sinsign
ada pada ekspresi Bayu, Nando, Iyan dan Doni saat melihat alat musik yang
disewakan oleh papa Nando. Sedangkan legisignnya
pada pada saat Nando memeluk papa Nando tanda terima kasih.
b.
Objek
Sementara
Objek dalam scene ini ditandai dengan
ikon saat Bayu, Nando, Iyan dan Doni melakukan salaman dengan Papa Nando dan
mengucapkan rasa terimakasih karena sudah disewakan alat musik untuk latihan.
Sementara indeks ditunjukkan dengan respon dan dialog seluruh tokoh dalam scene
ini. Sementara simbol ditunjukkan dengan pelukan dari Nando untuk Papa Nando.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme berada pada scene dimana Bayu, Nando, Iyan dan Doni merasa senang dan kaget
dengan alat musik yang dimiliki Papa Nando. Sedang dicent-nya adalah dialog papa Nando yang mengatakan bahwa Ia
sengaja menyewa alat itu untuk dapat digunakan mereka untuk latihan. Kemudian argument menunjukkan bahwa Bayu, Nando,
Iyan dan Doni salaman kepada papa Nando tanda mereka senang dan berterimakasih
kepada papa Nando. Hal ini juga memberikan nilai sebagai simbol bahwa mereka
tetap berusaha rendah hati.
4.5.2 Toleransi Beragama
Tabel 4.
Visual dan Verbal Scene Toleransi Beragama
Visual
|
Verbal
|
Iyan
: Bentar..bentar,.. tak cari masjid dulu, mau Sholat Dzuhur dulu aku.
Ayah
Nando : ooo jangan khawatir disini kita ada tempat Sholat untuk karyawan,
sini saya anterin.
|
a.
Representamen
Gambar
1, Seorang anak laki-laki bernama Iyan menggunakan baju sekolah dan masih
mengenakan tas. Iyan berkata kepada Bayu bahwa dirinya ingin melaksanakan
Sholat terlebih dahulu kepada seluruh temannya dan Ayah Nando. Gambar 2,
Seorang laki-laki berkaca mata berbaju putih polos berkalung emas (ayah Nando) terlihat
sedang berdiskusi dengan Bayu dan teman-temannya. Ayah nando mendengarkan
percakapan Bayu dan teman-temannya. Sementara gambar 3, Bayu dan Nando serta
Ayah Nando setuju menunggu Iyan melakukan sholat dhuhur.
Berdasarkan
representamen, tanda terbagi menjadi
beberapa bagian seperti qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign dalam
scene ini adalah meskipun Ayah Nando
dan Nando beragama beda, mereka memiliki tempat yang bagus dan cocok untuk
melaksanakan sholat. Sehingga, Iyan dapat melaksanakan sholat secepatnya.
Sementara untuk sinsignya Ayah Nando
mendukung kegiatan Iyan. Sedangkan legisignnya
adalah ucapan Ayah Nando yang mengatakan bahwa Iyan tidak perlu khawatir untuk
melakukan sholat menjadi tanda bahwa ayah Nando memiliki toleransi dalam
beragama.
b.
Objek
Objek
pada gambar tersebut adalah Mushola dan Rumah Iyan. karena dalam dialog Iyan
menyebutkan bahwa dirinya akan mencari Masjid untuk melaksanakan Sholat di
Rumah Nando.
Berdasarkan
Objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene ini ditunjukkan dengan ucapan ayah
nando yang akan mengantar Iyan sholat. Sementara indeks ditunjukkan dengan
kalimat bahwa di rumah Nando terdapat tempat yang biasa digunakan karyawan
untuk melakukan ibadah. Sementara untuk objek simbol ditunjukkan dengan
senyuman Nando dan Bayu yang juga turut senang mendengar ucapan ayah nando.
c.
Interpretant
Penulis
mengiterpretasikan Iyan masih menggunakan seragam sekolah dan mengendong tas
yang memperlihatkan bahwa dia baru saja pulang sekolah dan belum pulang
kerumahnya. dalam gambar kedua terlihat Iyan, Bayu dan Nando yang masih
menggunakan seragam dan mengendong tas. Satu orang menggunakan baju putih polos
berkacamata (ayah Nando). Iyan beragama Islam dan dan Ayah Nando bergama Non
Islam (Tionghoa). Dalam dialog menjelaskan bahwa Iyan akan mencari masjid untuk
melaksanakan sholat. Sholat adalah ajaran dari agama Islam. sedangkan ayah
Nando bergama Tionghoa karena dari nada yang dia gunakan menjelaskan bahwa dia
adalah orang Cina. orang Cina mayoritas beragama Tionghoa. Dalam gambar juga
terlihat bahwa ayah Nando menggunakan baju putih polos berkacamata dan
menggunakan kalung emas. Orang Cina dalam kehidupan sehari-hari menggunakan
baju putih polos. dan kebanyakan orang cina bermata penceharian sebagai seorang
pedagang.
Berdasarkan analisis penulis, pada gambar 4.2
menunjukan nilai toleransi menghormati keyakinan orang lain,terlihat pada saat
Iyan berbicara kepada Bayu bahwa Iyan akan mencari masjid untuk melaksanakan
sholat Dzuhur. Kemudian papa Nando memberi tahu kepada Iyan dan Bayu bahwa
dirumahnya menyediakan tempat sholat untuk karyawannya yang beragama muslim.
Gambar tersebut menunjukan identitas kedua orang tersebut. Iyan beragama muslim
dan Nando non muslim. Dari scene
tersebut, rheme berada pada dialog
seluruh tokoh yang ada dalam scene.
Sedangkan dicent-nya berada pada
point dimana Ayah Nando menenangkan Iyan agar ia dapat tenang melakukan sholat.
Sedangkan argumentnya menunjukkan
bahwa seluruh scene menggambarkan
toleransi beragama.
Adapun pesan toleransi dalam scene ini yaitu menghormati keyakinan
orang lain yang berarti seseorang menghormati dan memberikan kebebasan pemeluk
agama untuk melaksanakan ibadah berdasarkan ajaran dan ketentuan agama
masing-masing yang diyakini tanpa ada yang menganggu dan memaksa. Penulis menginterpretasikan dalam gambar
tersebut menunjukan orang yang agamis. Karena dimanapun dia berada dia selalu
inggat kepada Tuhan, selalu menjalankan apa yang sudah menjadi kewajibannya
sebagai umat Islam. Sedangkan papa Nando yang bergama Tionghoa menyediakan
tempat beribadah untuk orang yang berbeda keyakinan dengannya, menunjukan bahwa
dia memiliki sikap toleransi yang tinggi dan agamis. Dengan adanya perbedaan
diantara keduanya justru memperlihatkan kerukunan dan tingkat toleransi antar
umat beragama yang sangat tinggi.
4.5.3
Kasih Sayang
Tabel 5.
Visual dan Verbal Scene Kasih Sayang
Visual
|
Verbal
|
Bayu
: buk..
Ibu
: apa nak,
Bayu
: makasih ya buk.
Ibu
: iyaa... dipakai yang bener, cari uang itu susah.
Bayu
: iya buk. (bayu memeluk ibu)
Ibu
: le..le... ya sudah, kalo kamu sudah punya pilihan hidup, perjuangin ya..
janji sama ibuk.
Bayu
: janji buk.
|
a.
Representamen
Gambar
1, seorang anak laki-laki yang berdiri (Bayu) terlihat tersenyum memakai baju
berwarna hijau dan seorang ibu (ibu Bayu) sedang berdiri dan memperhatikan
kebawah. Sementara gambar 2, Ibu Bayu menggunakan baju yang disingsingkan
berwarna coklat muda rambutnya diikat yang sedang memeganggi pundak Bayu.
terlihat rak tempat piring dan gelas,kecap botol, terlihat manci kain untuk
lap, pintu dan jendela.
Berdasarkan
representamen tanda qualisign dalam scene ini ditandai dalam tatapan sayang Ibu Bayu kepada Bayu dan didukung dengan
dialog ibu Bayu setelah memberikan uang kepada bayu. Sementara sinsignya berasal dari ucapan ibu Bayu
yang menasehati Bayu agar memakai uang yang diberikannya dengan benar dan
menyuruh Bayu mempergunakannya dengan baik. Legisign
dalam scene ini berasal dari senyuman kedua tokoh setelah percakapan selesai.
b.
Objek
Objek
dalam scene di atas terbagi dalam tiga bagian yakni Ikon, Indeks, dan simbol.
Dalam ikon, scene ditunjukkan melalui percakapan Ibu Bayu dan Bayu serta
tatapan mata kedua tokoh tersebut. Sementara indeks dalam scene ditunjukkan
dengan respon Bayu yang siap menerima nasehat ibunya untuk mempergunakan hadiah
yang diberikan dengan baik dan benar. Sedangkan simbol ditunjukkan dengan
pelukan Bayu kepada Ibunya sambil mengucapkan janji dan tersenyum.
c.
Interpretant
Bayu
terlihat menggunakan baju biasa dan memiliki kancing baju yang mengambarkan
bahwa Bayu adalah anak yang sopan dan memiliki kepribadian yang baik karena
dalam keseharian pun dia memakai baju yang memiliki kancing. Bayu tersenyum
malu-malu kepada Ibunya, rasa malu Bayu menunjukan bahwa Bayu memiliki tata
krama dan sopan santun yang baik. Senyum Bayu tersebut menunjukan bahwa dia
sedang bahagia dan malu kepada Ibunya karena merepotkan ibunya. Bayu malu
kepada Ibunya gara-gara Bayu, Ibu Bayu mengorbankan uang yang selama ini Ibu
Bayu tabung demi anaknya agar Bayu bahagia dan bisa melakukan apa yang sedang
ingin Bayu raih bersama teman-temannya. Ibu Bayu yang sedang memperhatikan
bawah menunjukan ada sesuatu yang sedang dia kerjakan. Ibu Bayu tersenyum
menunjukan bahwa sesibuk apapun seorang ibu, selalu memberikan perhatian kepada
anaknya.
Ibu
Bayu menggunakan baju berwarna coklat yang disingsingkan menunjukan bahwa dia
sedang melakukan sebuah pekerjaan karena latar menunjukan bahwa lokasi
bertempat di dapur terlihat dari properti yang terdapat di gambar. Ibu Bayu
memeganggi pundak Bayu sambil menasehati Bayu menunjukan bahwa dia mengandalkan
Bayu. Bayu adalah harapan satu-satunya, dialog yang disampaikan Ibu Bayu kepada
Bayu merupakan pesan seorang ibu terhadap seorang anak agar anaknya menjadi
lebih baik dalam mempergunakan apa yang telah dipercayakan orang tua kepadanya,
hal tersebut menunjukan bentuk cinta dan kasih sayang seorang ibu.
Dalam
scene ini baik secara verbal maupun
visual menunjukan pesan moral tentang kasih sayang. Berdasarkan interpretant, rheme dalam scene ini
berada pada ucapan Ibu Bayu ketika menyerahkan uang kepada Bayu. Sedangkan dicent-nya berada pada scene ketika Bayu senang mendengar itu.
Kemudian argument menunjukkan bahwa
kedua tokoh dalam scene saling merasakan kasih sayang antara anak dan Ibu.
Tabel 6.
Visual dan Verbal Scene Kasih Sayang
Visual
|
Verbal
|
Cak
Jon : heii..heii..hei.. bay, udah selesai?
Bayu
: udah!
Cak
Jon : aku baru datang Bay.
Bayu
: pokonyaudah selesai!. Udah Ancur!
Cak
Jon : Bay, ini panggung pertamamu,
kalo gagal ya wajar. Ngak ada ceritanya orang sukses di dunia ini
pertama coba langsung berhasil.
|
a.
Representamen
Berdasarkan
representamen dalam scene di atas, tanda qualisign berada pada bagian dimana Cak
Jon memberikan nasehat kepada Bayu dan menyemangati Bayu yang telah gagal
melakukan pertunjukannya yang pertama di panggung. Sementara sinsign ada pada dialog Bayu yang terus
menjawab dialog Cak Jon dengan emosi tetapi Cak Jon menanggapinya dengan
tenang. Sedangkan legisignnya berada
pada saat Cak Jon menenangkan Bayu yang telah gagal.
b.
Objek
Sementara
Objek dalam scene ini ditandai dengan
ikon Cak Jon yang tenang menanggapi emosi Bayu yang gagal manggung. Sementara
indeks ditunjukkan dengan emosi Bayu yang meluap saat melihat Cak Jon. Kejadian
di scene sebelumnya membuat Bayu emosi. Tetapi sikap Cak Jon yang tenang
berusaha memberikan Bayu nasehat. Tanda Objek simbol ditunjukkan dengan
perkataan Cak Jon tentang kegagalan.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ucapan Cak Jon kepada Bayu tentang
kegagalan. Sedang dicent-nya adalah ekspresi
Bayu yang marah dengan kegagalannya. Kemudian argument ditunjukkan dari ucapan Cak Jon yang menasehati Bayu. Hal
ini juga memberikan nilai sebagai simbol bahwa Cak Jon sangat sayang dengan
Bayu.
4.5.4 Pendidikan
Tabel 7.
Visual dan Verbal Scene Pendidikan
Visual
|
Verbal
|
Guru
: Point saya adalah, mbolos artinya kalian menghianati orang-orang yang sangat
sayang sama kalian, ojo mbolos pelajaran!
Bayu
: iya pak.
Guru
: Nah ini hukumannya ya, kalian bersihin sampai mengkilat. Aa itu..itu yang
kuning itu lho.
Doni
: uueekk.. (Doni mau muntah)
Nando : don ayo don..
|
a.
Representamen
Seorang
guru yang sedang menunjuk dengan menggunakan pakaian seragam di sebuah ruangan
dan gambar kedua menunjukan beberapa siswa yang sedang membersihkan wc
menggunakan pakaian seragam. Qualisign
dalam scene ini adalah bapak guru yang menasehati murid-muridnya untuk tidak
bolos sekolah. Sinsignya berada pada
respon Bayu, Doni, Iyan, dan Nando yang patuh kepada gurunya. Sementara legisignnya berada pada ekspresi
keseluruhan tokoh yang memerankan perannya masing-masing.
b.
Objek
Berdasarkan
Objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene ini
ditunjukkan dengan baju yang membedakan peran guru dan siswa SMK. Kemudian juga
didukung dengan dialog bapak guru yang menunjukan perannya dalam menasehati
siswa. Indeks dalam scene ini ditunjukkan dengan ekspresi Bayu, Nando, Iyan dan
Doni. Sedangkan simbol ditunjukkan melalui scene dimana Bayu, Nando, Iyan dan
Doni melaksanakan perintah yang disuruh oleh gurunya dengan cepat.
c.
Interpretant
Penulis
mempresentasikan seorang guru yang sedang menunjuk menggunakan baju berwarna
coklat dan terdapat baret kuning bertuliskan SMK NEGERI 4 MALANG, tulisan dalam
lengan menjelaskan bahwa dia adalah seorang guru. Dia menunjuk dengan ekspresi
wajah yang sedikit kesal dan marah di gambar kedua terlihat beberapa siswa yang
sedang membersihkan wc. Dalam scene
ini seorang guru yang sedang menghukum dan memberikan nasehat kepada muridnya.
Siswa yang dihukum pasti melakukan sebuah kesalahan. kesalahan yang mereka
lakukan adalah ingin mbolos sekolah. Karena dalam dialog scene ini pak guru
mengatakan “Point saya adalah, mbolos artinya kalian menghianati
orang-orang yang sangat sayang sama kalian, ojo mbolos pelajaran!”. Pak
guru memberikan nasehat kepada mereka agar mereka tidak menghianati orang tua
mereka yang sudah berkeja dengan susah payah untuk menyekolahkan mereka dan
mereka tidak menyesal dikemudian hari. bentuk hukuman yang diberikan oleh pak
guru adalah bentuk hukuman yang mendidik, agar kedepannya mereka tidak
mengulanggi lagi perbuatan yang bisa merugikan diri mereka sendiri.
Dari
scene diatas baik secara verbal
maupun visual menunjukan pesan moral tentang pendidikan. Pendidikan tidak hanya
didalam ruang kelas, bentuk hukuman yang diberikan guru kepada Bayu dan
teman-temannya merupakan salah satu cara seorang guru memberikan pendidikan,
pendidikan tersebut juga termasuk dalam pendidikan karakter kepada muridnya
yang melakukan kesalahan agar tidak menggulangi dan menjadi lebih baik lagi.
Pentingnya mendidikan bertujuan untuk menciptakan generasi bangsa yang berguna
bagi banyak orang dikemudian hari.
Dari
analisis tersebut, disimpulkan bahwa rheme
dalam scene ini diperlihatkan dari dialog bapak guru kepada Bayu, Doni, Iyan,
dan Nando. Dicent berada pada saat
Bayu dan teman-temannya tidak berani menolak perintah gurunya, sedangkan argument menunjukkan bahwa reaksi Bayu
dan teman-temannya yang ingin menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat dan cara
Bayu mendengarkan nasehat gurunya menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sangat
hormat dengan gurunya.
Tabel 8.
Visual dan Verbal Scene Pendidikan
Visual
|
Verbal
|
Satpam
sekolah : ini motor siapa lagi? Naruh sembarangan aja. Anak nggak tertib,
jangkrik!
|
a.
Representamen
Berdasarkan
representamen dalam scene di atas, tanda qualisign berada pada bagian dimana Pak
Satpam marah melihat ada sebuah motor yang tidak terparkir dengan baik di
tempatnya. Sementara sinsignya ada
pada saat Pak Satpam tersebut meminggirkan motor ke tempat yang sebenarnya. Sedangkan
legisignnya berada pada dialog Pak
Satpam yang menyumpahi pemilik motor tentang perbuatannya.
b.
Objek
Berdasarkan
objek dalam scene ini ditandai dengan
ikon Baju Satpam dan sebuah motor yang tidak terparkir ditempatnya. Sementara
indeks ditunjukkan dengan emosi pak satpam yang mencari-cari pemilik motor
sambil menyumpahi pemilik motor itu. Sedangkan objek simbol ditunjukkan dengan
pak satpam membawa motor tersebut ke tempat yang seharusnya.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ada pada atribut seragam pak
satpam. Sedangkan dicent-nya berada
pada kemarahan pak satpam sambil membawa motor ke tempat parkir. Sementara argument menunjukkan bahwa pa satpam
marah karena pemilik motor yang ternyata adalah Bayu tidak mentaati tata tertib
di sekolah dengan tidak memarkir motor di tempat parkir.
4.5.5. Kerja Keras
Tabel 9.
Visual dan Verbal Scene Kerja Keras
Visual
|
Verbal
|
Juri
1 : aduhh (menepuk bahu Bayu), selamat
Juri
2 : Luar biasa...
|
a.
Representamen
Terlihat Bayu memenganggi
piala, nando mengangkat piagam, Doni dan Iyan berjabat tangan dengan juri,
wanita sebagai MC beridi di sebuah panggung yang berlatar belakang bertuliskan
Indie Band Festival 2017. Berdasarkan representamen, qualisign dalam scene ditandai dengan pemberian piala dan ucapan selamat dari juri
kepada Bayu. Sementara sinsignnya
berada pada saat juri menepuk pundak Bayu seperti menyimbolkan rasa bangga dan
haru. Sedangkan untuk legisignnya
berada pada saat Bayu tersenyum melihat piala yang didapatkan dan ucapan luar
biasa yang diterimanya dari juri.
b.
Objek
Berdasarkan objek dalam scene ini ikon ditandai dengan piala yang diterima Bayu di atas
panggung. Sementara indeks ditunjukkan dengan suasana disekitar Bayu yang
bising dan senang ketika Bayu menerima piala. Sedangkan untuk simbol ditandai
ketika Bayu memengang piala dan Nando yang memegang piagam penghargaan serta
didukung dengan sikap juri yang memberikan selamat kepada mereka.
c.
Interpretant
Penulis menginterpretasikan sebuah grub band yang memenangkan sebuah
festival band indie tahun 2017. Dalam gambar terlihat seorang anak laki-laki
(Bayu) memeganggi piala dengan wajah yang gembira dan sangat senang sekali.
Piala dalam gambar tersebut menunjukan sebuah penghargaan atas segala upaya
kerja kerasnya selama ini.
Pesan moral kerja keras termasuk dalam
nilai-nilai moral dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri dengan terus
berusaha dan bertanggung jawab. Dalam hal ini nilai-nilai moral dalam hubungan
manusia dengan manusia lainnya juga termasuk didalamnya. Karena mereka tidak
bekerja sendiri-sendiri, melainkan kerja sama anggota. Teknik pengambilan
gambar menggunakan extreme long shot, extreme
long shot digunakan untuk menunjukan objek beserta latar belakangnya.
Berdasarkan
interpretan dalam scene ini pada tanda rheme ditunjukkan dari piala dan
sertifikat yang diterima. Sedangkan dicent-nya
berada pada respon juri saat menepuk pundak Bayu dan memberikan selamat.
Sedangkan argument menunjukkan bahwa
keberhasilan Bayu dan teman-temannya berdiri di panggung itu dan menerima
hadiah dari juri merupakan hasil kerja keras dari Bayu dan teman-temannya
selama ini.
Tabel 10.
Visual dan Verbal Scene Kerja Keras
Doni : gimana sejuta-sejuta? Patungan bisa?
Nando dan iyan : Bisa!
Bayu : ngak. Emm ya aku usahakan,
Doni : Bay, saumpama patunganmu ngak anu..
Bayu : Don, aku akan usaha!
Doni : ya udah.
|
a.
Representamen
Dalam
scene di atas, tanda qualisign terlihat pada dialog Bayu yang
terus mengusahakan ikut patungan dengan teman-temannya. Sementara sinsign ditunjukkan dari pernyataan Doni
yang sungkan mengajak patungan Bayu yang kemudian ditanggapi Bayu dengan serius
bahwa Ia bisa melakukan patungan. Kemudian legisignnya
ditandai dari pernyataan Doni yang akhirnya menyerah dengan pernyataan Bayu.
b.
Objek
Sementara
Objek dalam scene ini ditandai dengan
ikon dialog Bayu dan teman-temannya. Sementara indeksnya ditunjukkan dengan
reaksi teman-teman Bayu dengan topik pembicaraan yang sedang disampaikan.
Sedangkan objek simbol ditunjukkan dengan ekspresi ragu tapi serius dari Bayu
yang terus mengusahakan biaya patungan mereka.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ada pada ekspresi Bayu yang ragu
tapi serius seperti sedang memikirkan cara mengusahakan biaya patungan mereka.
Sedangkan dicent-nya berada pada
pernyataan Doni yang tahu bahwa Bayu tidak dapat melakukannya. Sementara argument menunjukkan bahwa Bayu akan
berusaha menunjukkan diri dapat mengusahakan biaya patungan mereka sesuai
dengan kesepakatan yang terjadi. Bayu berusaha bekerja keras agar dapat
membantu teman-temannya.
Tabel 11.
Visual dan Verbal Scene Kerja Keras
Visual
|
Verbal
|
Ibu Bayu : ngapain nak?
Bayu : ini buk, aku tempelin sticker
bandku.
Ibu Bayu : nanti kalau bandnya terkenal,
pasti pecel ibu ikut terkenal.
Bayu dan Ibu Bayu tersenyum bahagia.
|
a.
Representamen
Dalam
scene di atas, tanda qualisign terlihat pada usaha Bayu
memperkenalkan Bandnya kepada khalayak dengan menempel logo band-nya di kertas
pecel ibunya. Sementara sinsign
ditunjukkan dengan logo stiker yang telah tertempel dan dialog Bayu dan Ibunya
tentang masa depan pecel ibunya yang akan ikut terkenal seperti band Bayu.
Kemudian legisignnya ditandai dari
senyuman Bayu dan Ibunya.
b.
Objek
Sementara
Objek dalam scene ini ditandai dengan
logo stiker Band Bayu di kertas bungkus pecel ibunya. Indeks ditunjukkan dengan
dialog Bayu dan Ibunya. Sedangkan simbol ditunjukkan dengan ekspresi muka Bayu
dan Ibunya yang saling tersenyum satu sama lain.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ada gambar logo stiker Band bayu
yang terang dan sudah tertempel sempurna di kertas bungkus pecel ibunya. Juga
dengan ekspresi Bayu yang berusaha meyakinkan ibunya bahwa ini termasuk
strategi promosi band Bayu. Sedangkan dicent-nya
berada pada kerja keras Bayu dalam mempromosikan bandnya. Sementara argument menunjukkan bahwa usaha kecil
tersebut merupakan cara Bayu bekerja keras memperkenalkan bandnya.
4.5.6. Kemandirian
Tabel 12.
Visual dan Verbal Scene Kemandirian
Visual
|
Verbal
|
Bayu
: nah gara-gara itu aku sama temen-temenku dipanggil...
Teman
Bayu : PECEL BOY!
Bayu
: oi..
Bayu
: aku sih inginnya dipandang lebih dari itu. Tapi tidak apa-apa, semua itu
demi ibukku. Biar pecelnya laris, biar banyak dapat rejekinya.
|
a.
Representamen
Berdasarkan
representamen, tanda qualisign berada pada scene ketika Bayu dengan bangga membawa
tas berisi pecel ke sekolah. Sinsign
berada pada dialog yang diucapkan teman Bayu yang memanggilnya dengan sebutan
Pecel Boy. Sementara legisignnya
berada pada dialog Bayu yang tetap merasa senang mendapatkan panggilan itu agar
barang dagannya cepat laku.
b.
Objek
Berdasarkan
objek ikon dalam scene diatas berada pada tas berisi pecel yang dibawa oleh
Bayu ke sekolah. Sementara indeks dalam scene berada pada dialog teman bayu.
Sedangkan objek simbol ditunjukkan dengan reaksi Bayu yang tetap menerima
sebutan yang disematkan temannya kepadanya.
c.
Interpretant
Penulis
mengiterpretasikan scene ini adalah
representasi rasa bakti dan kasih sayang seorang anak kepada ibunya. Terlihat
seorang anak (Bayu) menggunakan baju seragam yang menunjukan bahwa ia sedang
berjalan dilingkungan sekolahan sambil membawa sebuah tas yang berisi pecel
dagangan ibunya. Terlihat pula beberpa siswa yang mengerumuni Bayu untuk
membeli pecel. Beberapa siswa terlihat tidak menggunakan tas sekolah,
menunjukan bahwa mereka sudah tiba di sekolah terlebih dahulu dari pada Bayu,
Bayu yang terlihat masih menggunakan tas sekolah menunjukan bahwa dia baru saja
datang ke sekolah. Kewajiban seorang siswa adalah belajar disekolahan bukan
berjualan, namun cara yang dilakukan Bayu untuk membantu dan meringankan beban
ibunya adalah dengan berdagang di sekolahan. Selain Bayu bisa sekolah
mendapatkan ilmu, Bayu juga mendapatkan uang.
Dari
scene diatas baik secara verbal
maupun visual menunjukan pesan moral rasa hormat dan bakti seorang anak kepada
orang tua. ini termasuk pesan moral dalam kategori hubungan manusia dengan
manusia lainnya. Dalam sinematografi, teknik pengambilan gambar menggunakan medium long shot dan
medium shot yang berfungsi menunjukan detail lokasi dan menunjukan detail
aktivitas objek.
Berdasarkan interpretant, tanda rheme
ditunjukkan pada tas belanja Bayu. Sedangkan dicent berada pada scene
ketika Bayu mendengar temannya memanggilnya Pecel Boy. Sementara argument menunjukkan bahwa Bayu merasa
lapang dengan ejekan tersebut karena selama ini Ia telah merasa membantu ibunya
berjualan. Hal ini juga menyimpulkan bahwa Bayu memiliki jiwa kemandirian yang
tinggi.
4.5.7. Tolong Menolong
Tabel 13.
Visual dan Verbal Scene Tolong Menolong
Visual
|
Verbal
|
Fans
Bayu : ouwhhh...
Fans
1 : kamu nggak sayang Bay,? kehilangan apa yang sudah kamu perjuangkan.
Bayu
: maksudnya?
Fans
2 : maksudnya, yang bisa menerima kamu apa adanya, sebelum kamu menjadi
populer.
Fans
3 : Susan? apa Yowis Ben?
|
a.
Representamen
Gambar
pertama menunjukan seorang laki-laki yang menggunakan topi merah menggunakan
handuk dilehernya sedang berbicara dan dibelakangnya terlihat beberapa orang
menggunakan baju kaos, terlihat pula sebuah sapu yang dipegang oleh
seseorang.
Gambar kedua terlihat seorang
laki-laki betindik rambut gondrong sedikit kriwil yang menggunakan baju kaos
berwarna putih dan handuk merah dilehernya. Dia sedang berbicara kepada seorang
anak laki-laki (Bayu). Terlihat beberapa orang memperhatikan Bayu.
Berdasarkan
representamen, qualisign dalam scene ini
gerombolan laki-laki yang sama-sama mendengarkan curhatan Bayu. Sinsign diperlihatkan dari dialog tiga
fansnya yang ikut memberikan saran kepada Bayu tentang masalahnya. Sementara legisignnya berada pada reaksi Bayu yang
ikut memikirkan saran fansnya.
b.
Objek
Objek
tanda ikon dalam scene ditunjukkan dengan reaksi seluruh laki-laki yang bergerombolan
di antara Bayu yang sedang galau. Ekpresi mereka yang terlihat menyimak
pembicaraan memperlihatkan bahwa mereka ikut berfikir dengan cerita Bayu.
Sementara indeks ditunjukkan dengan reaksi para fans yang kemudian memberikan
saran kepada Bayu. Selanjutnya, objek simbol ditandai dengan ekspresi bayu yang
diam memikirkan saran tersebut.
c.
Interpretant
Penulis
menginterpretasikan pada gambar pertama terlihat seorang laki-laki bertopi yang
menggunakan handuk dilehernya menunjukan bahwa dia adalah seorang supir becak,
karena supir becak menggalungkan handuk di leher yang dipergunakan untuk
mengelap keringat dan topi yang dia gunakan sebagai alat pelindung dari panas
teriknya sinar matahari. Dalam gambar telihat pula sebuah sapu dengan gagang
yang cukup panjang yang menunjukan bahwa itu adalah sapu taman yang digunakan
untuk menyapu taman. Berarti didalam gambar menjelaskan bahwa terdiri berbagai
kalangan.
Pada gambar kedua terlihat seorang
laki-laki yang menggunakan tindik bermbut panjang sedikit keriting
menggalungkankan handuk dilehernya menunjukan bahwa dia adalah seorang supir
becak, karena supir becak menggunakan handuknya untuk mengelap keringat.
Dalam scene ini para fans Yowis Ben sedang membantu meyakinkan Bayu.
Mereka bertanya kepada Bayu “apa kamu ngak sayang kehilangan apa yang sudah
kamu perjuangkan” menunjukan bahwa itu adalah keperdulian terhadap Bayu.
Mencoba membuka kembali fikiran Bayu tentang apa yang sudah dia lakukan,
korbanan dan dia perjuangkan selama ini. Kemudian fans 2 Bayu berkata “yang
bisa menerima kamu apa adanya sebelum kamu menjadi populer.” Perkataan tersebut
menunjukan bahwa dia sedang memperlihatkan kepada Bayu bahwa apa siapa yang
selama ini menemani Bayu sebelum menjadi populer. Bayu menjadi populer bukan
kerja kerasnya sendiri, namun karena kerja sama anata Bayu dan teman satu
bandnya. Fans 3 berkata “Susan? Atau Yowis ben?” dengan raut muka yang sangat
tegas dan bersemangat. Ekspresi tersebut menunjukan bahwa dia sedang meyakinkan
dengan tegas kepada Bayu.
Dari scene diatas baik secara verbal maupun visual menunjukan pesan
moral tolong menolong sesama atara umat manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
tolong menolong tidak hanya berupa sebuah tindakan langsung, namun juga bisa
menggunakan nasehat-nasehat. Pertanyaan yang diberikan para fans kepada Bayu
merupakan pertanyaan untuk membantu membuka kembali pemikiran Bayu yang selama
ini di manfaatkan oleh seorang gadis sehingga melupakan sahabatnya yang telah
menemaninya sebelum dia menjadi populer.
4.5.8. Kejujuran
Tabel 14.
Visual dan Verbal Scene Kejujuran
Visual
|
Verbal
|
Bayu
: kenapa sih? Kamu ngak bisa ngomong yang lebih sopan ke cewek?
Nando
: kamu juga gak bisa ya ngomong jujur?
Bayu
: jujur apa? emang aku ngapain?
Doni
: tadi katamu mencret? udah sembuh sekarang? bay.. bay.. aku tau kok, kamu
bikin Yowis Ben untuk dapetin Susan. udah dapat susan gak penting lagi
kita-kita.
Bayu
: ngakk! perasaanmu aja.
Doni
: heleh, mulutmu.
|
a.
Representamen
Gambar satu terlihat empat orang
anak laki-laki, dua orang beridiri (Iyan
dan Nando) dan dua orang lagi duduk disebuah kursi (Bayu dan Doni). Terlihat
barang-barang disekitar mereka seperti tumpukan semen, pipa air, salon, kaleng
cat, mic, gitar, karpet dan jendela. Doni menggunakan baju lengan panjang
berwarna hitam dan putih menggunakan sepatu, Bayu menggunakan Baju abu-abu dan
jaket biru muda menggunakan sepatu, Nando menggunakan baju biru celana levis
panjang dan menggunakan sendal, dan iyan menggunakan baju panjang berwarna abu-abu calana levis
dan menggunakan sepatu. Gambar dua terlihat Bayu dan tangan Doni disamping
Bayu.
Berdasarkan
representamen, qualisign dalam scene ini
ditunjukkan dari dialog Doni yang berkata jujur kepada Bayu. Sinsign berada pada reaksi Bayu yang
tidak dapat menerima sifat Doni yang telah jujur. Sementara Legisignnya berada pada dialog Doni yang
tetap tidak suka dengan ketidakjujuran Bayu.
b.
Objek
Berdasarkan Objek,
tanda terbagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene ini
ditunjukkan dengan ekspresi
Doni saat mengetahui Bayu sedang berkata bohong. Sementara indeks ditunjukkan
dengan dialog Bayu dan Doni yang kemudian disimbolkan dengan ekspresi Bayu yang
kaget karena ketahuan telah berbohong.
c.
Interpretant
Penulis
mempresentasikan gambar satu terlihat Doni sedang duduk disebelah Bayu, Iyan
dan Nando berdiri di depan Bayu. Mereka berada disebuah ruangan dimana ruangan
tersebut berisi salon, mic, gitar,
keyboard, tumpukan semen, dan pipe air, yang menunjukan bahwa ruangan tersebut
adalah sebuah gudang. Peralatan musik didalam gambar menjelaskan bahwa gudang
tersebut adalah tempat latihan band mereka. Mereka bertiga menggunakan sepatu
sedangkan Nando dalam gambar hanya menggunakan sendal, gambar tersebut menunjukan
bahwa gudang tersebut berada di rumah Nando, sepatu digunakan oleh seseorang
diidentikkan dengan berpergian.
Dalam
gambar terlihat Doni yang duduk dikursi bersama Bayu dengan tangan diletakkan
dikursi dengan pandangan kearah Bayu menunjukan ada sesuatu yang inggin Doni
tanyakan dan Doni pastikan. Doni menanyakan sesuatu kepada Bayu, Iyan dan Nando
berdiri menatap kearah bayu, dan bayu memandang ke depan. Doni bertanya “tadi
katamu mencret? udah sembuh sekarang? bay.. bay.. aku tau kok, kamu bikin Yowis
Ben untuk dapetin Susan. udah dapat susan gak penting lagi kita-kita”.
Pertanyaan tersebut merupakan sebuah pertanyaan untuk mengetahui lebih dalam
maksud Bayu selama ini. Doni merasa kecewa kepada Bayu dengan apa yang telah
Bayu lakukan kepada rekan satu timnya. Dalam gambar kedua terlihat ekspresi
wajah Bayu kebinggungan. Ekspresi Bayu menunjukan bahwa dia binggung dan
menjawab “ngakk! perasaanmu aja”. Jawaban Bayu dengan ekspresi wajah
kebinggungan menunjukan bahwa Bayu sedang membela dirinya sendiri dan mengelak
atas apa yang sebenarnya telah terjadi.
Dari
scene diatas baik secara verbal
maupun visual menunjukan pesan moral kejujuran. Pentingnya sebuah kejujuran
dalam sebuah tim sangat diperlukan agar tidak terjadi suatu kesalah pahaman
atau merusak tim itu sendiri. Pesan moral yang terkandung merupakan kategori
manusia dengan diri sendiri dan manusia satu dengan yang lainnya. Teknik
pengambilan gambar menggunakan teknik pengambilan gambar ekstrem long shot dan close up. Ekstrem long shot bertujuan untuk
menjelaskan objek dan tempat, sedangkan close up bertujuan untuk memperlihatkan
detail ekspresi objek.
4.5.9. Pantang Menyerah
Tabel 15.
Visual dan Verbal Scene Pantang Menyerah
Visual
|
Verbal
|
Bayu
: aku ini Pecel Boy. disekolah kamu lihat sendiri kan? aku dipermalukan
semua, masuk kelas diketawain Stevia. sekarang saat pembuktian untuk kita
semua.
Kamu
butuh apa? (menunjuk ke Doni)
Doni
: pembuktian untuk orang tuaku.
Bayu
: iya, kamu juga kan? (menunjuk ke) kamu juga kan? (menunjuk ke Iyan). ini
saatnya.
|
a.
Representamen
Berdasarkan
representamen, qualisign dalam scene ini
adalah dialog Bayu yang meyakinkan Doni, Iyan, dan Nando agar dapat berjuang
membuktikan diri di hadapan teman-temanya yang lain. Sementara untuk sinsignya ditunjukkan dengan tangan Bayu
yang menunjuk satu per satu kepada teman-temannya sambil meyakinkannya.
Sedangkan untuk legisignnya adalah tatapan
Bayu, Doni, Iyan, dan Nando yang menatap kedepan sambil meyakinkan diri untuk
dapat membuktikan kemampuannya.
b.
Objek
Berdasarkan Objek, Ikon dalam scene
ini ditunjukkan dengan ekspresi Bayu meyakinkan teman-temannya. Sementara
indeks dalam scene ini ditunjukkan dengan tudingan tangan Bayu saat meyakinkan
temannya dan tatapan Bayu ke depan melihat sekitar yang tegas dan penuh rasa
percaya diri. Objek ketiga yakni simbol ditunjukkan dengan ekspresi Bayu dan
semua temannya yang ikut percaya diri setelah apa yang disampaikan Bayu.
c.
Interpretant
Penulis
mempresentasikan dalam gambar pertama telihat Bayu, Doni, Iyan dan Nando
berdiri di sebuah ujung lorong menggunakan pakian yang bagus, stylis dan keren.
Pakaian mereka kenakan identik dengan berpergian atau kesebuah acara. Bayu yang
menunjukan tangan kearah muka Doni berkata “Kamu butuh apa?” dengan raut
muka yang tegas dan suara yang keras sedikit ditekan menunjukan bahwa itu
adalah pertanyaan dengan tegas tentang sebuah kemauan. scene ini adalah representasi anak yang
percaya diri dan pantang menyerah. Doni yang melihat kearah Bayu yang sedang
menunjuk kearah Doni menunjukan bahwa Doni memperhatikan apa yang sedang Bayu
tanyakan kepada Doni. Iyan yang terlihat sedang memperhatikan sesuatu didepan
pandangan sedikit ketas menunjukan bahwa tempat yang dia pandang lebih tinggi,
sebuah panggung.
Apa
yang dikatakan Bayu kepada teman-temannya adalah sebuah pembangkit semangat
kepada teman-temannya. Bayu mencoba meyakinkan dan mengajak mereka untuk tidak
takut sebelum mencoba. Raut wajah dan poster tubuh yang ditunjukan Doni dan
Iyan pada saat memandang sesuatu di hadapannya pada gambar terlihat gugup dan
melinder untuk menghadapi apa yang akan mereka hadapi. Namun, ekspresi dan
poster tubuh yang ditampilkan Bayu dalam gambar sangat santai, menganggap hal
itu seperti mudah dan tidak perlu ditakutkan. Poster tubuh Nando dalam gambar
gagah namun agak miring kekiri menunjukan bahwa dia gugup namun mencoba untuk
berani.
Dalam
scene diatas baik secara verbal maupun visual menunjukan pesan moral tentang
pantang menyerah. dalam scene ini
digambarkan seorang anak yang percaya diri dan pantang menyerah. seorang anak
yang mengarjarkan kepada teman-temannya agar yakin dan percaya terhadap diri
sendiri. ini termasuk kedalam pesan moral kategori hubungan manusia dengan diri
sendiri dan manusia dengan manusia yang lain. Teknik pengambilan menggunakan medium close up. Medium close up yang bertujuan
untuk memperlihatkan karakter dari keadaan objek dan detail sebuah objek
seperti ekspresi wajah.
4.5.10. Persahabatan
Tabel 16.
Visual dan Verbal Scene Persahabatan
Visual
|
Verbal
|
Bayu : Kalo ngandelin
manggung susah majunya bro.
Doni : terus apa yang
bisa bikin kita populer.
Nando : tenang, kita
kan punya keahlian, pasti sukses.
Doni : keahlian
memang ada, tapi bagaimana menunjukannya?
Bayu : makasih
(menerima bakso), nah, gimana caranya?
|
a.
Representamen
Berdasarkan
representamen dalam scene di atas, tanda qualisign berada pada dialog seluruh
tokoh yang berusaha memecahkan masalah yang mereka lalui bersama. Sementara sinsign ada pada dialog Bayu saat
membicarakan tentang cara menjadi populer. Sedangkan legisignnya berada pada adegan saat Doni ikut berfikir dengan topik
yang mereka bicarakan.
b.
Objek
Berdasarkan
objek dalam scene ini ditandai dengan
ikon dialog mereka yang sama-sama tegang dan serius memikirkan cara menjadi
populer bersama selain ngeband. Indeks ditunjukkan dengan ekspresi
menggebu-gebu Bayu yang berbagi pemikiran tentang masalah yang mereka hadapi.
Sedangkan objek simbol ditunjukkan dengan ekspresi yang lainnya yang ikut
mendengarkan dengan serius.
c.
Interpretant
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ada pada ekspresi seluruh tokoh
yang serius mendengarkan percakapan. Sedangkan dicent-nya berada pada Dialog Bayu dan Doni yang saling
membicarakan masalah dan meminta solusi. Sementara argument menunjukkan bahwa mereka semua berusaha memecahkan masalah
bersama-sama.
Tabel 17.
Visual dan Verbal Scene Persahabatan
Visual
|
Verbal
|
Bayu
: Maaf ya Don gara-gara aku, kamu jadi gini.
Doni
: ngak Bay, aku juga salah.. aku terlalu ambisi utuk membuktikan ke orang
tuaku.
Bayu
: ngak Don, ini salahku.
Doni
: ini salahku Bay.
Bayu
: ini salahku Don.
Doni
: gak ini salahku.
Bayu
: sudahlah.. ini salahku Don.
Doni
: ini salahku.
Nando
:sudah-sudah.
Iyan
: terakhir kali kita ngomong gini, menjadi nama band.
Nando
: iya, nama band kita Yowis Ben. Yang sudah, biar berlalu.
Doni
: setuju aku.
Bayu
: setuju aku.
Doni
: aku lebih setuju.
Bayu
: aku lebih setuju!
Doni
: aku paling setuju
Bayu
: aku setuju banget!
Iyan
: lah, diulangi lagi.
Doni
: oh iya.
Bayu
: ya sudah, (memberikan tangannya kearah Doni). Sahabat selamanya,
Doni
: sahabat selamanya. Menjabat tangan Bayu.
|
a.
Representamen
Gambar
satu terlihat seorang berambut panjang menggunakan baju berwarna abu-abu celana
pendek memakai sendal jepit sedang memeganggi mangkok dan sendok. Doni
menggunakan baju panjang berwarna abu-abu celana pedek memakai sepatu duduk
bersama Nando menggunakan baju putih panjang lengan coklat memakai sepatu dan
Bayu menggunakan baju biru tua jaket putih celana pendek memakai sendal,
sedangkan Iyan menggunakan kemeja kotak-kotak berdiri dibelakang Bayu bersandar
pada dinding. Mereka duduk dipelataran diatas pintu terlihat papan bertuliskan
BONE dan poster grup-grup band yang terpajang didinding, sebuah motor yang
terpakir didepan dengan satu helm. Gambar kedua Doni yang sedang menjabat
tangan.
Berdasarkan
representamen, qualisign dalam scene ini berada pada ucapan Bayu dan
Doni yang saling meminta maaf. Sementara untuk sinsignya berada pada ekspresi kedua temannya yang ikut
mendengarkan obrolan Bayu dan Doni. Sedangkan untuk legisignnya adalah respon bayu yang mengulurkan tangan ke Doni dan
diterima langsung oleh Doni.
b.
Objek
Berdasarkan
Objek, tanda ikon dalam scene ini
ditunjukkan dengan ekspresi wajah keempat tokoh yang sama-sama menyesali apa
yang baru saja terjadi. Selain itu, dialog Doni dan Bayu membuat suasana
mencair dan kemudian jabatan tangan dari kedua tokoh ini yang menghangatkan scene. Sementara indeks dalam scene ini
ditunjukkan dengan jabatan tangan Doni dan Bayu serta ekspresi senang Iyan dan
Nando. Sementara objek simbol ditunjukkan dengan ucapan terakhir bayu yang
mengatakan sahabat selamanya dengan tambahan jabatan tangan dari Doni.
c.
Interpretant
Pada
gambar pertama terlihat Bayu, Doni, Iyan dan Nando berkumbul di depan pelataran
sebuah studio musik, karena dalam gambar terlihat poster grub band-grub band
yang tertempel di dinding dalam rumah, terlihat pula seorang tukang bakso yang
sedang duduk sambil memegangi sendok dan mangkok. Seseorang yang memegang
mangkok dan sendok identik dengan seorang penjual bakso, karena sendok yang
dipukulkan ke mangkok berfungsi untuk memangil pembeli. Ditambah lagi dengan
motor yang memiliki nomer plat N yang sudah jelas N adalah plat nomor kendaraan
kota Malang, kota malang terkenal dengan bakso Malang.
Percakapan yang dilakukan oleh Bayu
dan Doni dalam scene ini menunjukan bahwa sebelumnya mereka memiliki sebuah
masalah. Bayu meminta maaf kepada Doni, perkataan maaf Bayu kepada Doni
memperlihatkan bahwa Bayu telah melakukan kesalahan kepada Doni. Doni juga
meminta maaf kepada Bayu karena Doni juga merasa bersalah kepada Bayu. Dari
percakapan tersebut menunjukan bahwa mereka memiliki kepentingan pribadi yang
membuat mereka mementingkan kepentingan mereka sendiri sehingga menyebabkan
perpecahan.
Iyan yang berkata “terakhir
kali kita ngomong gini, menjadi nama band.” Nando menjawab “iya, nama band kita
Yowis Ben, yang sudah, biar berlalu”. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa mereka
memiliki band, mereka adalah satu tim. Masalah yang terjadi dalam scene ini
adalah masalah internal tentang perbedaan kepentingan dalam band yang mereka
buat. Namun karena mereka sadar bahwa mereka satu team dan mereka telah sadar
bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah maka mereka saling meminta maaf
dan saling memaafkan. Dengan Jabatan tangan Bayu kepada Doni dan Doni menjabat
tangan Bayu menunjukan bahwa mereka telah saling memaafkan dan kembali lagi
menjadi satu tim seperti dulu.
Berdasarkan analisa penulis dari scene ini baik secara verbal maupun
visual menunjukan pesan moral
persahabatan. Terlihat pada saat Bayu dan Doni bertengkar yang
menjadikan Yowis Ben akhirnya bubar. Kemudian Bayu meminta maaf kepada Doni
dengan mengulurkan tangannya sambil berkata “sahabat selamanya”, Doni juga
mengulurkan tangannya dan berkata sahabat selamanya. Walaupun berbagai macam
masalah datang mereka selalu bersama dengan saling memahami, memaafkan, dan
toleransi. Dengan adanya berbagai masalah yang datang justru menambah
kedewasaan mereka.
Dalam sinematografi, teknik pengambilan
gambar pada scene tersebut
menggunakan teknik ekstrem long shot dan
clouse up. Ekstrem long shot digunakan untuk memperlihatkan detail tempat dan
suasana, sedangkan clouse up digunakan untuk memperlihatkan ekspresi objek,
sehingga penonton dapat turut merasakan emosi yang diutarakan oleh objek.
Berdasarkan
interprtant, tanda rheme berada pada situasi ketika seluruh
tokoh dalam scene duduk dan
menyelesaikan masalah mereka secara personal. Sedangkan Dicent-nya berada pada ucapan Bayu dan Doni yang terus ingin
bersahabat selamanya. Sedangkan argument
menunjukkan bahwa reaksi Bayu dan seluruh tokoh dalam scene sangat akrab dan hangat. Sehingga dapat dipastikan bahwa
scene ini mengandung makna persahabatan yang luas dan akrab.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Objek dalam penelitian ini adalah 17 scene film YOWIS BEN karya Fajar Nugros
tahun 2018. Dengan mengkaji 17 scene pada
film tersebut menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce dengan
menganalisis tanda-tanda yang erat hubungannya dengan sikap moral. Berdasarkan
analisis yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa, film YOWIS BEN ini
memiliki pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-tanda yang muncul
baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya.
101
|
5.2.
Saran
Saran peneliti
adalah sebagai berikut
1. Untuk para movie maker hendaklah
mengasah kreativitasnya dalam membuat film yang mengandung nilai-nilai moral,
entah apapun genre film tersebut haruslah mengandung pesan-pesan atau nilai
moral didalamnya.
2. Untuk para penonton atau para penikmat film,
jangan hanya melihat film sebagai media hiburan saja, tetapi dari sisi
edukasinya juga.
3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian harus
dilakukan lebih mendalam lagi dengan melihat dari sudut pandang yang lain.
|
Amir
Piliang,Yasraf. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya
Makna. Yogyakarta : Jalasutra.
Aminah,
2008. Pengaruh Motivasi dan Pembelajaran
Advokasi Dengan Penyajian Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berfikir Kritis Dalam Matematika. Tesis. Tidak dipublikasikan. Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Ardianto,
Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Benny
H. Hoed. 2011. Semiotik & Dinamika
Sosial Budaya. Depok: Cetakan Pertama, Beji Timur.
Bertens,
K. 2001. Perspektif Etika Baru, 55 Esai tentang Masalah-masalah Aktual.
Yogyakarta: Kanisius.
Budiningsih,
Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Bungin,
Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta : Rajawali Pers
Darmadi,
Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Diananto,
Wayan.
2018. Yowis Ben Kalahkan Dilan 1990,
Bayu Skak: Ini di Luar Ekspektasi.
Tabloidbintang.com
Effendy, Onong Uchana. (1981).
Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya
Effendy,
Onong uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi;
Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.
103
|
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. (1997). Jakarta : Pustaka Amani
Kaelan.
2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan
Hermeneutika. Jakarta: Paradigma.
Moleong,
L. J. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nurul,
Zuriah. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Persepektif perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan
Remaja. Bandung: Rosdakarya
Purwanto.2007.Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putra, Nusa. 2011. Research and development
Penelitian dan pengembangan:suatu pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rakhmat,
Jalaludin. 2004. Metode Penelitian
Komunikasi. Bandung : Rosdakarya.
Renyoet,
Jaquiline Melissa. 2014. Pesan Moral dalam Film To Kill A Mockingbird (Anlisis Semiotika pada Film To Kill A
Mockingbir). Universitas Hasanuddin
Romli,
Khomsahrial. 2017. Komunikasi Massa.
Gramedia Widiasarana.
Rustan
dan Hakki (2017) Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Deepublish
Sartika, Elita. 2014. Analisis Isi Kualitatif
Pe- san Moral Dalam Film Berjudul “Kita Versus Korupsi”. Program S1 Ilmu Ko-
munikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. eJour-
nalIlmu Komunikasi. Volume 2. Nomor 2, 2014: 63-77
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung : Alfabeta.
Sobur, Alex. 2016. Semiotika Komunikasi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Comments
Post a Comment