Teori Semiotika Charles Sander Peirce

Semiotika adalah ilmu yang mengkaji atau mempelajari tentang tanda. semiotika atau semiologi mengandung pengertian yang sama, walaupun penggunaan dari salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukan pemikiran pemakainya : mereka yang bergabung dengan Pierce menggunakan kata semiotika dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi (Sobur, 2016:12). Semiologi menurut (Saussure dalam Sobur, 2016:12) “sebuah ilmu yang mengakaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat dan dengan demikian menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya”.
Sedangkan semiotika muncul pada akhir abad ke-19 oleh filsuf pragmatik amerika yang bernama Charles Sanders Pierce. Menurut (Pierce dalam Sobur, 2016:13) “doktrin formal tentang tanda-tanda”. yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda : tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai jenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi. Menurut Zoest (dalam Khairussibyan, Lantowa dan Marahayu, 2017:01) “semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda”.
Charles Sanders Pierce adalah seorang filsuf Amerika. Pierce merupakan seorang pemikir yang argumentatif (Cobley dan Janzs dalam Sobur, 2016:39). Pierce lahir dalam sebuah keluarga intelektual pada tahun 1839 (ayahnya Benjamin adalah seorang profesor matematika di Harvard). Pierce menulis tentang berbagai masalah yang satu sama lain tidak berkaitan, karna bidang yang diminatinya sangatlah luas. Pierce adalah ilmuwan yang menekuni ilmu pasti dan ilmu alam, kimia, astronomi, linguistik, psikologi dan agama (Sobur, 2016:40).
Pierce terkenal dengan teori tandanya. Menurut Pierce semiotika memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Teori pierce merupakan “grand theory” dalam semiotika, karna teori yang digunakan Pierce bersifat deskripsi struktural, menyeluruh, dari semua sitem penandaan. Pierce merumuskan secara sederhana tentang suatu fungsi tanda: dimana tanda A menunjukan suatu fakta (atau objek B), kepada penafsirannya, yaitu C. Oleh sebab itu suatu tanda tidak pernah entitas yang sendirian, tetapi harus memiliki tiga aspek tersebut. (Sobur, 2016:41).
Bagi Pierce (Sobur, 2016:41), tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity” sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut dengan ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretan. Dengan hubungan ini Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkannya dengan ground adalah qualisign, sinsign, dan legisign. Berdasakan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Berdasarkan interpretan, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign dan argument. Berdasarkan berbagai Klasifikasi tersebut, Pierce (Sobur, 2016:43) membagi tanda menjadi sepuluh jenis:
1.      Qualisign adalah kualitas sejauh tanda.
2.      Iconic Sinsign adalah tanda yang memperlihatkan kemiripan.
3.      Rhematic Indexical Sinsign adalah tanda berdasarkan pengalaman langsung yang secara langsung menarik perhatiaan karna kehadirannya disebabkan oleh sesuatu.
4.      Dicent Sinsign adalah tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu.
5.      Inconic Legisign adalah tanda yang menginformasikan norma atau hukum.
6.      Rhematic Indexical Legisign adalah tanda yang mengacu kepada objek tertentu.
7.      Dicent Indexcical Legising adalah tanda yang bermakna informasi dan menunjukan subjek informasi.
8.      Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme adalah tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.
9.      Dicent Symbol atau proposition (proposisi) adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak.
10.  Argument adalah tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu (Sobur, 2016:43-43).
Proses pemaknaan tanda pada Pierce mengikuti hubungan antara tiga titik yaitu  Representamen (R) – Object (O) – Interpretant (I). R adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan antara R dan O, atau representamen (“sesuatu”), objek (sesuatu dalam kognisi manusia),  interpretan  (proses penafsiran). Oleh karena itu bagi Pierce, tanda tidak hanya representatif tetapi juga interpretatif. Teori Pierce tentang tanda memperlihatkan pemaknaan tanda sebagai suatu proses kognitif dan bukan sebuah struktur. Proses seperti ini disebut semiosis (Hoed, 2011: 46).
Proses semiosis, yakni pemaknaan dan penafsiran atas benda atau perilaku berdasarkan pengalaman budaya seseorang. Dalam kenyataan proses semiosis berlangsung berulang-ulang. I dapat berfungsi sebagai R baru yang merujuk pada O baru dan I baru lagi, dan begitulah seterusnya sampai tak terhingga (unlimited semiosis) (Kaelan, 2009:166). Model ini disebut sebagai segitiga semiosis Pierce (R-O-I) seperti pada gambar berikut:


Representamen


   


 

 Interpretan                                                                                                             Object
     Sumber : Kaelan (2009:166)
Gambar 1.
Segitiga Semiotika S.S Pierce


Comments