CONTOH JURNAL PESAN MORAL
PESAN MORAL DALAM FILM YOWIS BEN
(ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDER
PIERCE)
Galuh Andy Wicaksono
Program
Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Tribhuwana Tunggadewi
Abstract : The number of movies made in Indonesia there are several
films that give a good moral message in it. Through the movie "Yowis
Ben" the director tried to make something new and different from the
comedy genre films on previous comedy films. The purpose of this research is to
know and understand the moral messages contained in the movie Yowis Ben. In
this study used qualitative research method by using the research object of the
Film Yowes Ben. While the data analysis technique uses the semiotic analysis of
Charles Sander Pierce which is based on logic, with reasoning through the
signs. The Model that shows the three main elements of the marking forming is
representament, object and Interpretant. The results of this research show that
the YOWIS BEN film has a moral message in various sides of life through signs
that are munncul both visual and verbal in their respective stories. There is a
moral message related to Bayu's life. It can therefore be concluded that the
figures and the talks that exist in each scene are a representation of the moral message.
Abstrak: Banyaknya film yang dibuat di Indonesia
terdapat beberapa film yang memberikan pesan moral yang bagus di dalamnya.
Melalui film “Yowis Ben” sutradara mencoba membuat sesuatu yang baru dan
berbeda dari film genre komedi pada film-film komedi sebelumnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan moral yang terkandung
dalam film Yowis Ben. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakna objek penelitian yakni Film Yowes Ben. Sementara
teknik analisis data menggunakan analisis semiotika Charles Sander Pierce yang
didasarkan pada logika, dengan penalaran melalui tanda-tanda. Model yang
memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda ialah representamen, objek dan
interpretan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film YOWIS BEN ini
memiliki pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-tanda yang
munncul baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya. Disanalah
pesan moral terkait kehidupan Bayu tertuang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tokoh dan pembicaraan yang ada disetiap scene ini merupakan representasi
dari pesan moral.
Kata Kunci: Pesan
Moral, Film, Yowes Ben
PENDAHULUAN
Perkembangan
teknologi komunikasi memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dengan
cepat bermanfaat sebagai sarana untuk menghubungkan masyarakat dari berbagai
daerah. Salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh manusia
adalah komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan jenis penyampaian pesan
(informasi atau gagasan) kepada orang banyak (publik) melalui media sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara sesaat dan bersamaan (Romli, 2017:01).
Film
merupakan salah satu bentuk media massa yang saat ini banyak diproduksi karena
jumlah penonton film yang cukup tinggi. Banyaknya film yang dibuat di Indonesia
terdapat beberapa film yang memberikan pesan moral yang bagus di dalamnya. Film
bergenre komedi di Indonesia sangatlah banyak. Seperti “Warkop DKI Gengsi Dong”
tahun 1980 yang disutradarai oleh Nawi Ismail, “Punk in Love” tahun 2009 yang
di sutradarai oleh Ody C. Harahap, “Generasi Kocak: 90an vs Komika” tahun 2017
yang di sutradarai oleh Wishnu Kuncoro
dan lain-lain. Kebanyakan film bergenre komedi di Indonesia kurang
memperhatikan pesan moral dalam sebuah film, dan hampir seluruh film
bergenre komedi yang tayang di bioskop Indonesia menggunakan bahasa Indonesia.
Namun di awal tahun 2018 ini perfilman Indonesia dihebohkan dengan munculnya
sebuah film bergenre komedi dengan bahasa menggunakan bahasa daerah yang
berjudul “Yowis Ben” yang diliris pada 22 Februari 2018 di sutradarai oleh
Fajar Nugros dan co-director Bayu
Skak meramaikan pasar drama komedi di layar lebar Indonesia.
Melalui
film “Yowis Ben” sutradara mencoba membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari
film genre komedi pada film-film komedi sebelumnya. Film Yowis Ben memberikan
hiburan kepada penonton dengan gaya komedi yang sederhana dengan
umpatan-umpatan khas menggunakan bahasa kota Malang, walaupun sederhana namun
dapat menghibur penonton. Kebudayaan Malang yang ditunjukan dari perilaku aktor
dalam film ini juga memberikan daya tarik untuk ditonton. Ditambah dengan
banyaknya makna-makna yang tersembunyi, adegan-adegan yang memiliki simbol yang
dapat dianalisis secara semiotik.
Dalam
waktu dua minggu semenjak dirilis pada tanggal 28 Februari 2018 di bioskop,
film Yowis Ben mendapatkan 400.000 penonton. Bayu Skak menargetkan jumlah
penonton mencapai 500.000 penonton, namun kenyataanya Film Yowis Ben dalam
waktu dua bulan semenjak dirilis mampu menarik penonton kurang lebih sampai
900.000 penonton (dalam situs tabloidbintang.com). Film Yowis Ben mendapatkan
Rating 9.7/10 di situs IMDB yang mampu mengalahkan rating film Dilan. Bahkan
Presiden Joko Widodo menyempatkan diri untuk menonton film “Yowis Ben” di sela
kunjungan kerjanya di kota Malang. Presiden Joko Widodo juga memberikan
apresiasi terhadap film tersebut, beliau mengatakan bahwa film ini cocok untuk
ditonton oleh setiap generasi muda.
Sebuah
komedi yang disajikan dengan teknik sinematografi dan color grading yang bagus. Dari uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian film tersebut menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce. Pierce dipilih karena teori Pierce merupakan
grand teori dalam ilmu semiotika yang sering digunakan dalam penelitian selain
Ferdinand De Saussure.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena
dalam pelaksanaannya meliputi data analisis dan interpretasi tentang arti dan
data yang diperoleh. Objek penelitian ini adalah Film Yowis Ben, adapun unit
analisis penelitiannya adalah potongan-potongan gambar atau visual baik secara
artistik maupun act pada beberapa
tokoh, serta adegan-adegan yang terdapat pada film “Yowis Ben”, dan juga dari
dialog-dialog yang ada pada film yang berkaitan dengan rumusan masalah
tersebut.
Data
primer dan data sekunder yang sudah terkumpul dibaca dan diamati atau
observasi. Setelah memperoleh gambaran yang bersifat umum dan mencangkup yang
dipermasalahkan peneliti mungumpulkan scene-scene yang berkaitan dengan pesan
moral dan melibatkan beberapa tokoh. Setelah terkumpul beberapa scene, peneliti membaginya dalam
beberapa shot untuk memudahkan pemaknaan secara representamen dan interpretan.
Menurut
Sobur (2009:148), langkah- langkah yang dilakukan dalam menganalisa data adalah dengan menentukan
korpus yang
berupa foto dari
Film Yowis Ben. Kemudian
dianalisis menggunakan analisis teori Semiotika Charles Sander
Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari
bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui
tanda-tanda. Charles Sanders Pierce membuat model dalam menganalisa makna dari tanda-tanda
atau yang sering disebut dengan triadic (segitiga
makna/triangle meaning). Model yang
memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda, yaitu: Representamen (sesuatu yang mempresentasikan sesuatu yang lain, Objek
(sesuatu yang dipresentasikan atau digambarkan) dan Interpretant (interpretasi seseorang tentang tanda) (Piliang,
2003:267).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
Pada
bagian ini dipilih 17 scene yang akan dijabarkan berdasarkan makna Representamen, object, interpretan serta
pesan moral yang terkandung dalam masing-masing scene. Penjabaran kategori tersebut berdasarkan visual (gambar)
dan verbal (dialog) yang terdapat dalam scene
tersebut. Sementara untuk pemilihan scene,
di ambil berdasarkan latar belakang yang diusung dalam film dan kemudian di
deskripsikan sesuai dengan teori semiotika Charles S Pierce yang juga terkenal
dengan konsep Triadik atau Trikolotomi yang terdiri dari tiga unsur tanda.
1. Rerendah
Hati
a. Berdasarkan
representamen, tanda terbagi menjadi
beberapa bagian seperti qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign dalam
scene ini adalah meskipun Bayu di hina oleh Roy karena sikapnya yang katrok,
tapi ia tetap rendah hati. Sementara untuk sinsignya
Roy berusaha mengejek penampilan bayu. Sedangkan untuk legisignnya adalah respon bayu yang tetap berusaha mempertahankan
prinsipnya di hadapan Roy menunjukkan bahwa hal itu berhubungan dengan rendah
hati.
b. Berdasarkan
Objek, tanda terbagi menjadi ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene ini
ditunjukkan dengan baju bayu yang berbeda dengan baju Susan dan Roy. Sementara
indeks dalam scene ini ditunjukkan
dengan tudingan tangan Roy ke arah Bayu serta muka Roy yang mengejek Bayu.
Kedua tanda ini mengindekskan bahwa Roy benar-benar merendahkan Bayu di hadapan
Susan dan mencoba membandingkan Bayu dengan Roy agar Susan dapat melihatnya.
Selanjutnya jika dihubungkan dengan dialog yang disampaikan, ucapan Roy
mengindekskan perasaan benci dan kesal kepada Bayu tetapi Bayu menjawab apa
adanya. Objek ketiga yakni simbol ditunjukkan dengan ekspresi Bayu yang tetap
merasa sudah berkata apa adanya dan hal tersebut menyimpulkan bahwa Bayu telah
merendahkan hati di hadapan Roy dan Susan.
c. Berdasarkan
interprtant, tanda terbagi menjadi rheme, dicent, dan argument.
Dari scene di atas, rheme berada pada baju Bayu yang
berbeda. Sedangkan Dicent-nya berada
pada point dimana Roy menunjuk sinis kepada Bayu dan mengejeknya. Sedangkan
argument menunjukkan bahwa reaksi Bayu yang apa adanya menggambarkan bahwa ia
rendah hati.
2. Toleransi
Beragama
a.
Berdasarkan representamen, tanda terbagi menjadi beberapa bagian seperti qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign dalam scene ini adalah meskipun Ayah Nando dan Nando beragama beda,
mereka memiliki tempat yang bagus dan cocok untuk melaksanakan sholat.
Sehingga, Iyan dapat melaksanakan sholat secepatnya. Sementara untuk sinsignya Ayah Nando mendukung kegiatan
Iyan. Sedangkan legisignnya adalah
ucapan Ayah Nando yang mengatakan bahwa Iyan tidak perlu khawatir untuk
melakukan sholat menjadi tanda bahwa ayah Nando memiliki toleransi dalam
beragama.
b.
Berdasarkan Objek, tanda terbagi menjadi
ikon, indeks, dan simbol. Ikon dalam scene
ini ditunjukkan dengan ucapan ayah nando yang akan mengantar Iyan sholat.
Sementara indeks ditunjukkan dengan kalimat bahwa di rumah Nando terdapat
tempat yang biasa digunakan karyawan untuk melakukan ibadah. Sementara untuk
objek simbol ditunjukkan dengan senyuman Nando dan Bayu yang juga turut senang
mendengar ucapan ayah nando.
c.
Berdasarkan
Interpretant dari scene tersebut, rheme berada pada dialog seluruh tokoh yang ada dalam scene. Sedangkan dicent-nya berada pada point dimana Ayah Nando menenangkan Iyan
agar ia dapat tenang melakukan sholat. Sedangkan argumentnya menunjukkan bahwa seluruh scene menggambarkan toleransi beragama.
3. Kasih
Sayang
a.
Berdasarkan representamen dalam scene
di atas, tanda qualisign berada pada
bagian dimana Cak Jon memberikan nasehat kepada Bayu dan menyemangati Bayu yang
telah gagal melakukan pertunjukannya yang pertama di panggung. Sementara sinsign ada pada dialog Bayu yang terus
menjawab dialog Cak Jon dengan emosi tetapi Cak Jon menanggapinya dengan
tenang. Sedangkan legisignnya berada
pada saat Cak Jon menenangkan Bayu yang telah gagal.
b.
Berdasarkan objek dalam scene ini ditandai dengan ikon Cak Jon
yang tenang menanggapi emosi Bayu yang gagal manggung. Sementara indeks
ditunjukkan dengan emosi Bayu yang meluap saat melihat Cak Jon. Kejadian di
scene sebelumnya membuat Bayu emosi. Tetapi sikap Cak Jon yang tenang berusaha
memberikan Bayu nasehat. Tanda Objek simbol ditunjukkan dengan perkataan Cak
Jon tentang kegagalan.
c.
Berdasarkan interpretant, tanda rheme
ucapan Cak Jon kepada Bayu tentang kegagalan. Sedang dicent-nya adalah ekspresi Bayu yang marah dengan kegagalannya.
Kemudian argument ditunjukkan dari
ucapan Cak Jon yang menasehati Bayu. Hal ini juga memberikan nilai sebagai
simbol bahwa Cak Jon sangat sayang dengan Bayu.
4.
Kerja Keras
a.
Berdasarkan representamen, qualisign dalam scene ini ditandai
dengan pemberian piala dan ucapan selamat dari juri kepada Bayu. Sementara sinsignnya berada pada saat juri menepuk
pundak Bayu seperti menyimbolkan rasa bangga dan haru. Sedangkan untuk legisignnya berada pada saat Bayu
tersenyum melihat piala yang didapatkan dan ucapan luar biasa yang diterimanya
dari juri.
b.
Berdasarkan
objek dalam scene ini ikon ditandai
dengan piala yang diterima Bayu di atas panggung. Sementara indeks ditunjukkan
dengan suasana disekitar Bayu yang bising dan senang ketika Bayu menerima
piala. Sedangkan untuk simbol ditandai ketika Bayu memengang piala dan Nando yang
memegang piagam penghargaan serta didukung dengan sikap juri yang memberikan
selamat kepada mereka.
c.
Berdasarkan
interpretan dalam scene ini pada tanda rheme ditunjukkan dari piala dan
sertifikat yang diterima. Sedangkan dicent-nya
berada pada respon juri saat menepuk pundak Bayu dan memberikan selamat.
Sedangkan argument menunjukkan bahwa
keberhasilan Bayu dan teman-temannya berdiri di panggung itu dan menerima
hadiah dari juri merupakan hasil kerja keras dari Bayu dan teman-temannya
selama ini.
5. Kemandirian
a.
Berdasarkan representamen, tanda qualisign
berada pada scene ketika Bayu dengan
bangga membawa tas berisi pecel ke sekolah. Sinsign
berada pada dialog yang diucapkan teman Bayu yang memanggilnya dengan sebutan
Pecel Boy. Sementara legisignnya
berada pada dialog Bayu yang tetap merasa senang mendapatkan panggilan itu agar
barang dagannya cepat laku.
b.
Berdasarkan objek ikon dalam scene
diatas berada pada tas berisi pecel yang dibawa oleh Bayu ke sekolah. Sementara
indeks dalam scene berada pada dialog teman bayu. Sedangkan objek simbol
ditunjukkan dengan reaksi Bayu yang tetap menerima sebutan yang disematkan
temannya kepadanya.
c.
Berdasarkan
interpretant, tanda rheme ditunjukkan pada tas belanja Bayu.
Sedangkan dicent berada pada scene ketika Bayu mendengar temannya
memanggilnya Pecel Boy. Sementara argument
menunjukkan bahwa Bayu merasa lapang dengan ejekan tersebut karena selama ini
Ia telah merasa membantu ibunya berjualan. Hal ini juga menyimpulkan bahwa Bayu
memiliki jiwa kemandirian yang tinggi.
6. Persahabatan
a.
Berdasarkan representamen dalam scene
di atas, tanda qualisign berada pada
dialog seluruh tokoh yang berusaha memecahkan masalah yang mereka lalui
bersama. Sementara sinsign ada pada
dialog Bayu saat membicarakan tentang cara menjadi populer. Sedangkan legisignnya berada pada adegan saat Doni
ikut berfikir dengan topik yang mereka bicarakan.
b.
Berdasarkan objek dalam scene ini ditandai dengan ikon dialog
mereka yang sama-sama tegang dan serius memikirkan cara menjadi populer bersama
selain ngeband. Indeks ditunjukkan dengan ekspresi menggebu-gebu Bayu yang
berbagi pemikiran tentang masalah yang mereka hadapi. Sedangkan objek simbol
ditunjukkan dengan ekspresi yang lainnya yang ikut mendengarkan dengan serius.
c.
Berdasarkan interpretant, tanda rheme
ada pada ekspresi seluruh tokoh yang serius mendengarkan percakapan. Sedangkan dicent-nya berada pada Dialog Bayu dan
Doni yang saling membicarakan masalah dan meminta solusi. Sementara argument menunjukkan bahwa mereka semua
berusaha memecahkan masalah bersama-sama.
7.
Pendidikan
a.
Berdasarkan representamen dalam scene
di atas, tanda qualisign berada pada
bagian dimana Pak Satpam marah melihat ada sebuah motor yang tidak terparkir
dengan baik di tempatnya. Sementara sinsignya
ada pada saat Pak Satpam tersebut meminggirkan motor ke tempat yang sebenarnya.
Sedangkan legisignnya berada pada
dialog Pak Satpam yang menyumpahi pemilik motor tentang perbuatannya.
b.
Berdasarkan objek dalam scene ini ditandai dengan ikon Baju
Satpam dan sebuah motor yang tidak terparkir ditempatnya. Sementara indeks
ditunjukkan dengan emosi pak satpam yang mencari-cari pemilik motor sambil
menyumpahi pemilik motor itu. Sedangkan objek simbol ditunjukkan dengan pak
satpam membawa motor tersebut ke tempat yang seharusnya.
c.
Berdasarkan interpretant, tanda rheme
ada pada atribut seragam pak satpam. Sedangkan dicent-nya berada pada kemarahan pak satpam sambil membawa motor ke
tempat parkir. Sementara argument
menunjukkan bahwa pa satpam marah karena pemilik motor yang ternyata adalah
Bayu tidak mentaati tata tertib di sekolah dengan tidak memarkir motor di
tempat parkir.
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa, film YOWIS BEN ini
memiliki pesan moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-tanda yang muncul
baik visual maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya.
Tokoh
yang sering muncul dalam film ini adalah Bayu dan rekan bandnya. Walaupun
bergenre komedi, film YOWIS BEN ini juga selalu menampilkan sisi baik atau
prilaku yang bermoral yang patut dicontohi oleh para penggemar film tersebut,
penokohan yang ada dalam film ini mewakili lapisan masyarakat. Khususnya
masyarakat menengah kebawah. Dan setting
cerita dalam film ini menggambarkan kehidupan Bayu yang penuh dengan
perjuangannya hingga akhirnya ia suskses. Sedangkan tanda-tanda verbal yang
muncul dalam film YOWIS BEN ini, muncul disetiap pembicaraan dan perbuatan yang
ditunjukan oleh para tokoh. Disanalah pesan moral terkait kehidupan Bayu
tertuang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tokoh dan pembicaraan yang
ada disetiap scene ini merupakan
representasi dari pesan moral.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir
Piliang,Yasraf. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya
Makna. Yogyakarta : Jalasutra.
Bertens, K. 2001. Perspektif Etika Baru, 55 Esai
tentang Masalah-masalah Aktual. Yogyakarta: Kanisius.
Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Rineka Cipta
Diananto, Wayan. 2018. Yowis Ben Kalahkan Dilan 1990, Bayu Skak: Ini di
Luar Ekspektasi. Tabloidbintang.com
Purwanto, Ngalim.
2007. Psikologi Pendidikan Remaja. Bandung: Rosdakarya
Romli,
Khomsahrial. 2017. Komunikasi Massa.
Gramedia Widiasarana.
Sobur, Alex. 2016. Semiotika Komunikasi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Comments
Post a Comment